Lihat ke Halaman Asli

Iwan Nugroho

TERVERIFIKASI

Ingin berbagi manfaat

Setelah Webinar, Terus Bagaimana?

Diperbarui: 30 Juli 2020   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (wopita.com)

Suatu hari saya melihat postingan teman, yang menunjukkan ia telah mengikuti tiga webinar dalam sehari.  Saya terus terang kagum dan salut begitu semangatnya ia untuk kegiatan berwebinar.  Pasti ia telah menemukan hal-hal positif, mungkin pengetahuan baru, teman-teman baru, atau punya update status untuk medsosnya.

Webinar dalam masa pandemi Covid-19 adalah hal yang marak.  Ini juga fenomena baru yang sebelumnya tidak pernah ada.  Di lingkungan dunia pendidikan tinggi, nampaknya frekwensi kegiatan webinar juga menjadi ukuran kinerja lembaga perguruan tinggi (PT).  Setiap PT diminta melaporkan aktivitas webinar atau aktivitas daring sejenis kepada instansi kementerian yang menaunginya.

Saya juga mengikuti kegiatan webinar, yang berkaitan dengan organisasi profesi keilmuan.  Motivasinya adalah untuk menambah pengetahuan terkait dengan keilmuan,.. kata singkatnya untu belajar.  Yang saya suka adalah bila webinar itu menampilkan data-data statistik perihal sosial ekonomi.  Tidak banyak pakar webinar yang utak-atik data statistik; kebanyakan hanya argumentasi dan terkadang juga kebablasan .. dan mengriktik sana sini.

Tawaran atau undangan webinar sangat banyak, baik melalui WA atau medsos lainnya.  PT besar di ibukota hingga PT kecil di daerah seolah berlomba mengundang peserta dengan iming-iming gratis dan dapat sertifikat. 

Yang menjadi pertanyaan adalah setelah ikut webinar, terus bagaimana, harus apa, atau untuk apa. Apakah lenyap begitu saja, atau menunggu-nunggu sertifikat, atau copy darat sambil reuni, atau posting foto update status, atau berencana untuk webinar putaran berikutnya. Kalau memang demikian maka tujuan ikut webinar mungkin lewat begitu saja; sama seperti nonton sinetron di TV atau menyalurkan hobi/kesenangan/hiburan saja.

Menghadiri webinar, seminar atau membeli produk informasi diibaratkan dengan mengumpulkan kayu untuk membuat api unggun.  Semua pesertanya kemudian duduk di depan tumpukan kayu ini, dan berharap entah bagaimana tumpukan kayu ini akan secara ajaib menyala sendiri menjadi kehangatan. Ini adalah hal mustahil. 

Kunci keberhasilan ikut seminar adalah apabila peserta aktif menemukan, mencari-cari nilai dan manfaat, atau menyumbangkan pemikiran yang positf.  Ini dapat diibaratkan peserta beramai-ramai bangun dari tempat duduknya kemudian maju untuk menyalakan kayu api unggun.  

Semua peserta kemudian menemukan kehangatan api unggun bersama-sama.  Celakanya, mungkin ada juga peserta masih tetap kedinginan ...  bisa dipastikan ini adalah peserta seminar/webinar selundupan.

Untuk menjawab pertanyaan itu, maka seseorang harus punya rencana, atau mempersiapkan diri sebelumnya.  Ikut webinar perlu direncanakan sesuai kebutuhan. Tidak perlu semua webinar diikuti, tetapi diseleksi sesuai kebutuhan tugas atau profesi. 

Seorang dosen yang mau studi S3 ke luar negeri maka webinar perihal promosi pendidikan sangat tepat untuk diikuti.  Seorang dosen yang sedang riset wisata, maka ia membutuhkan webinar pengembangan wisata.  Bahkan webinar itu dapat menjadi sumber referensi bagi risetnya.

Dengan menyusun kebutuhan tersebut, seseorang akan terarah sekaligus mempersiapkan diri, dan menjadi bekal efektif untuk mendapatkan apa yang diharapkan dalam partisipasi webinar.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline