Lihat ke Halaman Asli

Ivana Deva

undergraduate literature student

Lenong Betawi Masa Kini: Sebuah Bagian dari Sejarah Penyelamatan Tradisi Betawi

Diperbarui: 6 Juli 2021   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banner ala-ala | Dok. Pribadi

Lenong Betawi sebagai Tradisi Lisan: Sejarah Singkat Perekaciptaan Tradisi Betawi

Masalah berkenaan Lenong Betawi sebagai tradisi lisan sebetulnya sudah pernah diteliti oleh Ninuk Kleden-Probonegoro (1996).

Ia menyatakan bahwa Lenong Betawi termasuk ke dalam tradisi lisan karena sudah memenuhi unsur-unsur tradisi dan kelisanan yang mencakup:

1. Penurunannya telah dilakukan selama beberapa generasi secara lisan. 2. Bersifat anonim, tidak diketahui siapa penciptanya sebab dimiliki secara kolektif oleh masyarakat Betawi. 3. Tidak terlepas dari berbagai ritual yang dijalankan oleh para pemain sekaligus penyelenggara hajat, seperti suguhan untuk perabot lenong, ngukup (sajian doa-doa untuk kesuksesan), dan susuk untuk ronggeng; 4. Kelisanan yang tampak pada dominasi pembangunan dialog oleh para aktor.

Meskipun demikian, Lenong Betawi diperdebatkan sebab cirinya sebagai teater tradisional kini kian memudar. Kecenderungannya semakin bersifat ke arah populer (pop culture) dibanding tradisional. Hal ini bukan tanpa alasan, perubahan pun tidak selamanya berkonotasi negatif.

Awal 1960-an, Lenong sempat loyo bahkan hampir punah karena ketidakberdayaannya dalam menghadapi perubahan zaman. Untunglah, teater rakyat ini berhasil dibangkitkan kembali sekitar 1970-an berkat kerja sama antara pemerintah dengan organisasi serta tokoh-tokoh lenong seperti Sumantri Sostrosuwondo dan Djaduk Djajakusuma.

Saat itu, DKI Jakarta sebagai pusat perubahan sosial---ditambah komposisi masyarakat yang heterogen---membuat Betawi sempat mengalami krisis identitas pada tahun 1950-an hingga pemerintah DKI berinisiatif memfasilitasi segala kegiatan yang berkaitan dengan rekacipta tradisi Betawi pada 1970-an (Shahab, 2004:92). Perubahan---baik yang disengaja maupun tidak---dibutuhkan demi mencegah tergerusnya tradisi lisan oleh perubahan zaman.

Lenong Betawi pun mengalami perekaciptaan berupa durasi pertunjukan yang dipersingkat serta penekanan pada aspek humor dan pencak silat dalam pertunjukannya.

Mengingat betapa beragamnya komposisi masyarakat DKI Jakarta, lenong juga dipersiapkan sedemikian rupa agar warga Jakarta non-Betawi turut dapat menikmati lenong (Shahab, 2004:37).

Timeline Sejarah Rekacipta Lenong | Dok. Pribadi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline