Lihat ke Halaman Asli

Isur Suryati

TERVERIFIKASI

Menulis adalah mental healing terbaik

Mengenal Tsundoku Syndrome, Rajin Beli Buku tapi Tidak Dibaca

Diperbarui: 15 Oktober 2022   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi buku| Pexels.com/Pixabay

Jeany seorang pecandu buku, dapat dikatakan begitu. Karena, setiap melintas di sebuah toko yang menjual buku. Dia pasti akan singgah, melihat-lihat, lalu membeli buku. Apalagi, bila ada bazaar buku dengan harga yang lumayan ramah di kantong. Maka, Jeany tidak segan-segan untuk memborong banyak buku. Bahkan, pernah dalam satu hari ia membeli hampir lima buah buku dengan harga yang cukup mahal.

Tidak ada yang salah sebenarnya dengan kebiasaan Jeany ini. Hanya saja, action setelah buku tersebut terkumpul di rumah. Itu yang menjadi bahan pertanyaan. Karena, Jeany memiliki kebiasaan yang dapat dikatakan kurang bagus. Ia hobi mengoleksi buku, namun kadang malas untuk membacanya. Sehingga, buku-buku tersebut akan dibiarkan saja tersusun rapih di dalam lemari, hingga berdebu. 

Siapa nih, di antara Kompasianer yang sama juga seperti Jeany? Memiliki banyak buku di rumah. Bahkan, dapat dikatakan sebuah perpustakaan. Karena, terdiri dari banyak kumpulan bahan bacaan. Tetapi, hanya dibiarkan menumpuk begitu saja tanpa ada aksi atau niat untuk membacanya.

Tsundoku Syndrome

Tsundoku syndrome, begitulah istilah yang tepat untuk kebiasaan yang dilakukan oleh Jeany terkait koleksi buku-bukunya yang menumpuk dalam lemari di rumahnya. 

Istilah ini berasal dari bahasa Jepang, yakni Tsunde-Oku yang berarti dibiarkan menumpuk, dan Dokusho artinya membaca buku. Dapat dikatakan bahwa, tsundoku merupakan sebuah keadaan di mana seseorang, memiliki banyak bahan bacaan, tetapi ia membiarkannya saja hingga menumpuk, tanpa membacanya.

Kebiasaan ini, oleh para ahli psikologi disebut sebagai tsundoku syndrome. Meski belum ada sebuah study yang menyatakan bahwa kebiasaan ini termasuk ke dalam penyakit kejiwaan atau gangguan mental. Namun, dari gejalanya tsundoku dapat dikategorikan ke dalam salah satu bentuk Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Wah, bahaya juga nih Gengs.

Faktor Penyebab

Ada beberapa alasan atau faktor yang menyebabkan Jeany atau siapapun di antara kita memiliki kebiasaan tsundoku. Berikut sudah saya rangkumkan untuk Anda.

1. Mendapatkan sensasi kesenangan dari menumpuk banyak buku di rumah

Akui saja, ini khusus bagi pecinta buku, ya. Sesaat setelah kita membeli buku, jenis apapun buku yang dibeli, berapa pun harganya. Maka, sensasi pertama yang kita rasakan di dalam hati adalah perasaan senang. Entah, senang tersebut berasal dari hormon dopamin yang tumbuh subur di dalam otak kita. Ataukah karena sensasi sesaat saja. 

Hal kedua yang menimbulkan sensasi menyenangkan terkait kepemilikan buku adalah dikala membuka plastik pembungkus buku. Kita akan membolak-balik buku tersebut. Mengecek jenis kertas, huruf, banyak halaman, membaca bagian belakang buku yang memuat sinopsis atau menjelaskan isi buku.

Lalu, sensasi yang ketiga adalah perasaan senang saat menumpuk buku atau menyimpan buku di dalam lemari atau rak pajangan khusus untuk buku di perpustakaan mini atau pojok baca yang kita miliki di rumah.

2. Ingin diakui sebagai orang intelek dan cerdas

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline