Lihat ke Halaman Asli

Isur Suryati

TERVERIFIKASI

Menulis adalah mental healing terbaik

Peribahasa Sunda Nyalindung ka Gelung dan Fenomena Dunia Terbalik

Diperbarui: 7 Agustus 2022   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ibu pekerja| Dok iStockphotos/cofotoisme via parapuan.co

Saat ini, perempuan tidak lagi ditampilkan sebagai sosok yang 'nrimo' dan 'sumuhun dawuh' diam di rumah, menunggu suami pulang bekerja. Keran emansipasi telah terbuka lebar, hal ini memberikan peluang dan angin segar bagi perempuan. Sehingga mereka dapat berkembang sesuai passion, cita-cita, dan kemampuannya.

Bahkan, peran perempuan di dunia politik, pemerintahan, ekonomi, hukum, dan ranah-ranah yang bersifat serius lainnya. Kini, membutuhkan andil dan kiprah perempuan di sana. Tidak main-main, kuota 30 persen keikutsertaan perempuan dalam dunia politik, menjadi tantangan yang cukup menggiurkan.

Perempuan pun membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Dengan setelan pakaian yang resmi, sepatu hak tinggi, dan kendaraan mentereng. Setiap pagi mereka berangkat bekerja. Ada yang menuju ke kantor, sekolah, rumah sakit, gedung pemerintahan, kantor polisi, bank, pasar, dan lain-lain. Bahkan, yang menjadi sopir angkutan umum pun ada.

Perempuan sebagai pencari nafkah

Selain memenuhi hak kebebasan berpendapat, menggapai cita-cita, dan memenuhi hak sebagai manusia yang merdeka. Perempuan juga dituntut untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Oke lah, jika ia masih berstatus single. Tentu saja, materi yang ia hasilkan akan digunakan untuk keperluan pribadinya, dan sedikit berbagi kesenangan kepada orangtua serta saudara.

Namun, ternyata kemerdekaan untuk mengembangkan diri, yang ujung-ujungnya berkaitan dengan penghasilan tersebut. Saat penggunaan uang sebagai imbal balik dari pekerjaannya, tidak sesuai dengan hati nurani mereka. Alias banyak laki-laki, atau suami yang menumpang hidup dan ikut membelanjakan uang tersebut. Perempuan pun menjerit, merasa terdzalimi. Buktinya?

Beberapa curhatan di media sosial, khususnya di grup perempuan,akan kita temukan cerita-cerita dan kisah pilu mereka. Istri merasakan tidak bahagia dalam perkawinannya. Karena, suami yang seharusnya bertanggung jawab sebagai pencari nafkah keluarga, malah tidak mau bekerja dan enak-enakan numpang hidup pada istri.

Ada juga laki-laki yang mau bekerja, tapi semua gajinya digunakan untuk membiayai orangtua dan memenuhi kesenangan dirinya sendiri. Sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga, anak-anak, pendidikan, dan lain-lain mengandalkan gaji dan pendapatan istri.

ilustrasi perempuan yang supermom | Disdikpora.bulelengkab.go.id

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline