Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Cerpen | Bemo

Diperbarui: 14 Juni 2017   04:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak 6 Juni 2017 lalu, bemo dinyatakan dilarang beroperasi di DKI Jakarta. Ini ketika mahasiswa dari University Technology of Sydney, Australia, mengadakan aksi mencat bemo pada 14 Juli 2014 di kawasan Karet Tengsin, Jakarta Pusat. Foto: tempo.co

Aku ingin berkabar padamu. Bukan tentang bubur kampiun di Pasar Bendungan Hilir yang menjadi kesukaan kita. Tapi, tentang bemo. Ya, tentang bemo yang dulu kerap kita tumpangi sepanjang Pejompongan-Bendungan Hilir. Kendaraan roda tiga yang legendaris itu, sejak 6 Juni 2017 lalu dinyatakan dilarang beroperasi di DKI Jakarta.

Alasannya, menurut Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, usia dan kondisi kendaraan tersebut membuat keamanan bemo diragukan. Hmm, sebenarnya sejak beberapa hari lalu, aku ingin kamu pulang sejenak ke Jakarta. Ya, aku ingin mengajakmu bernostalgia naik bemo, sebelum si roda tiga itu dihapuskan. Tapi, ya sudah, sudah terlambat.

Aku ingat, kamu exciting banget ketika pertama kali naik bemo. Waktu itu, sepulang kuliah dari Salemba, aku mengajakmu naik bemo ke Manggarai. Itu pengalaman pertama bagimu. Lucunya, keesokan harinya, kamu pengen kita naik bemo lagi. Hehehe. Kamu ingin duduk di depan, di sebelah sang supir. "Biar bisa leluasa melihat jalanan," ujarmu waktu itu.

Aku setuju. Anggap saja sedang city tour dengan bemo. Bemo yang kita tumpangi itu memang menempuh rute melingkar. Dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo di Jl. Diponegoro, ia akan menyusuri Jl. Salemba melewati Rumah Sakit St. Carolus, terus belok ke kanan menuju Jl.Tambak, kemudian mengakhiri perjalanan di Terminal Manggarai.

Sebaliknya juga demikian, dari Terminal Manggarai menyusuri Jl. Tambak, kemudian belok ke kiri melintasi Jl. Proklamasi, lalu berbelok ke kanan ke arah Jl. Diponegoro. Rute yang pendek dan singkat. Begitulah bemo. Lajunya tidak begitu kencang, rutenya pendek-pendek saja. Kamu merasa nyaman karena penumpangnya hanya 6 orang, gampang turun, juga mudah naik. Itu alasanmu suka naik bemo.

Kita juga pernah naik bemo dari Jl. Salemba Tengah, terus menyusuri Jl. Percetakan Negara, kemudian mengarah ke Jl. Paseban, sampai ke Jl. Salemba Tengah lagi. Lucu. Lucu juga kalau kuingat city tour kita dengan bemo tempo hari itu. Suara knalpotnya yang khas, rada berisik, tapi kamu mengaku tidak terganggu. Oh, ya, aku juga ingat, kamu pernah complain ke supir bemo, karena bau bensin campurnya terlalu menyengat hidung. Hehehe.

Itu memang khasnya bemo, menggunakan bensin campur. Seperti sepeda motor yang pakai oli samping. Jadi, bukan bensin murni. Selain dari Jl. Diponegoro dan Jl. Salemba Tengah, kita memang paling sering naik bemo dari Bendungan Hilir ke Pejompongan. Ada yang khas pada rute ini. Jalan-jalan yang dilaluinya rata-rata ditumbuhi pohon-pohon besar yang rimbun. Seperti di Jl. Penjernihan, misalnya. Teduh dan nyaman.

Eh, kamu masih ingat kan, kita bela-belain balik ke Jakarta dari Bandung hanya gara-gara bemo? Hehehe. Itu 14 Juli 2014. Kita waktu itu sedang liburan di Bandung, terus dapat info ada aksi mengecat bemo di Jakarta. Aku sih tidak terlalu menanggapi info itu. Tapi, ketika kamu bilang bahwa yang ngecat bemo itu mahasiswa asing, bule-bule, ya aku rela motong liburan untuk balik ke Jakarta.

Maka, jadilah kita nonton para bule ngecat bemo di kawasan Karet Tengsin. Ini rute bemo yang menghubungkan Tanah Abang dengan Jl. Sudirman-Thamrin. Ada 10 bemo tua yang mereka percantik secara gratis. Aksi sosial itu merupakan kolaborasi massal antara mahasiswa dari Universitas Multimedia Nusantara dan mahasiswa dari University Technology of Sydney.

Cukup seru ya pengalaman kita dengan bemo. Kayaknya pengalaman itu sudah tidak bisa terulang kembali. Karena, sejak 6 Juni 2017 lalu, bemo dinyatakan dilarang beroperasi di DKI Jakarta. Sayang, kita tidak sempat bernostalgia untuk terakhir kalinya. Tak apa. Tulisan ini bisa jadi obat kangen, kalau sewaktu-waktu kamu pengen naik bemo hehehe.

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 12 Juni 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline