Lihat ke Halaman Asli

Terjerat WhatsApp Grup SMP

Diperbarui: 6 Desember 2018   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

POHON CINTA

TELEPON genggam Iponk bergetar berulang kali,  ia tak memiliki keberanian untuk sekadar mengintip pesan yang masuk di whatsapp, apalagi membaca pesan tersebut.

Sepasang mata bening Sanah memandang penuh curiga. Matanya menyorot tajam ke arah Iponk. Sambil sesekali melirik handphone milik suaminya yang diletakkan di atas meja kerja.

Perempuan berjilbab itu memang memendam curiga kepada suaminya. Kecurigaan muncul dipicu perubahan perilaku Iponk sejak membuat grup whatsapp SMP 909 Jakarta Selatan.

Setiap pulang kerja Iponk tidak langsung merebahkan diri di kasur.  Ia malah sibuk  bercakap-cakap di whatsapp grup SMP 909 sampai menjelang subuh atau paling cepat pukul 03.00 WIB.  Dan itu sudah berlangsung tiga bulan lamanya.

Sanah tidak tahu apa yang di bahas suaminya dalam grup itu.  Yang ia ingat Iponk murka kalau di bangunkan solat subuh. Iponk lupa kewajiban menghantar Acha ke sekolah. Lelaki yang dulu memuja cintanya itu lupa mengantarnya ke tempat kerja.

Iponk tak ragu memukul atau menendang barang elektronik jika dibangunkan paksa.  Sudah dua kipas angin jadi korban, satu televisi hancur dan dua telepon genggam pecah.  

Kini Sanah mengajak suaminya berbicara dari hati ke hati. Ia sudah tak tahan lagi dengan perangai buruk Iponk. Namun,  ia masih sangat mencintai lelaki yang telah memberinya dua buah hati, Acha dan Yana itu.

Itulah alasan kenapa Iponk urung mengangkat telepon genggam yang telah bergetar berulang-ulang kali itu.  Ia berusaha menyimak seluruh perkataan Sanah dengan baik.

"Mas, aku lelah kalau hanya menjadi sasaran amarahmu yang gak jelas juntrungannya.Apakah aku salah membangunkan kamu sholat subuh, " katanya.

Apakah Sanah salah meminta Mas Iponk mengantar Acha sekolah. Apakah aku salah meminta suamiku mengantarku ke tempat kerja. Ingat mas,  kata Sanah,  seluruh pekerjaan di rumah sudah aku kerjakan.

"Kamu hanya mengerjakan hal sepele. Tidak membutuhkan waktu lama. Mengantar Acha ke sekolah tidak menghabiskan waktu tiga jam. Kamu bisa ngobrol di whatsapp grup berjam-jam,  giliran kami minta perhatian kamu cuma 30 menit, bahkan kurang, kamu malah marah-marah," ujarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline