Lihat ke Halaman Asli

Ischo Frendino

Untuk sesuatu yang tak terkatakan, kita mesti katakan.

Puisi | Sepiku

Diperbarui: 23 Januari 2020   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepiku.

Sepiku adalah pesta pora                                  Di saat hujan kata meluap tak kenal puasa
Pada tempayan budi yang tak berdusta
terpikat rindu pada semesta hati yang sederhana

Sepiku adalah pesta pora
Di sana kamu adalah tokoh antagonis yang elok rupa
meliuk dengan tubuh yang indah dan membahana
Memerankan antonim dengan bait-bait rindu berirama
pada panggung yang ku sebut lamunan jiwa.
Setiap adegan kunamakan kalimat, dari frasa ke frasa
adegan yang bersambung kususun bersajak senada
Dan menjadi bait-bait cerita

Sepiku adalah pesta pora.
Di sana berjuta kembang api menghiasi lorong-lorong rindu yang terjelma
pada inginku memeluk dan menciummu berjuta-juta.
Terkadang kamu terkapar dalam satu adegan dengan bertelanjang dada
dan tubuh yang bergerak anggun mengoda
dan libidoku adalah penonton setia

Sepiku adalah pesta pora.
Di sana semua bait kalimat kurangkai dalam satu nada puisi tercipta
dan aku terkapar, mabuk dengan tempayan kata, ingatan, hasrat,
dan rindu tak kuasa
Sepihku adalah kamu yang terpenjara.

Ischo Frendino. JKT,07/01/20.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline