Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Jangan Salahkan Tubuh Perempuan, Nafsu Lelaki Harus Dikendalikan

Diperbarui: 15 Juni 2021   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. ilustrasi/zen, dimuat fahmina.or.id

Pelecehan seksual sebetulnya isu lama. Tapi, isu ini sepertinya bersifat abadi, mengingat masih saja terjadi di mana-mana, bahkan terkesan makin menjadi-jadi.

Padahal, sekarang cukup gencar kampanye atau sosialisasi bertema "stop pelecehan seksual". Tapi, harus diakui, walaupun sudah banyak orang yang memahami, namun masih banyak pula lelaki yang "khilaf". 

Tak tahu juga, apakah pelaku pelecehan betul-betul khilaf atau malah memang sudah menjadi kebiasaannya seperti itu. Perlu diketahui, para pelaku ini tidak pandang bulu, dari orang melarat hingga oknum pejabat, ada saja yang ketahuan melakukan pelecehan seksual.

Belum lagi bila diingat, terlalu banyak korban pelecehan yang tidak melaporkan ke pihak berwajib atau tidak memposting di media sosial. Jadi, yang terungkap ke publik, diduga hanya sebagian kecil kasus saja.

Celakanya, ada pelaku yang tak sadar sudah melakukan kesalahan berganda. Sudahlah melakukan pelecehan seksual, si pelaku tak jarang membuat pembenaran dengan menyalahkan cara berpakaian si wanita yang jadi korbannya.

Maka, tak ada cara lain yang lebih ampuh, mindset harus diubah. Jangan lagi menyalahkan tubuh perempuan, lelaki lah yang harus mampu mengendalikan diri. Dan, yang paling utama adalah membersihkan niat. 

Memang, bagi kebanyakan laki-laki normal, mungkin berat menahan pandangan mata ketika wanita seksi berada di depan mata. Tapi dengan niat yang kuat, pandangan spontan sesaat yang tak terhindarkan, jangan kebablasan jadi pandangan penuh nafsu.

Meskipun laki-laki dan juga anak-anak tak sedikit yang menjadi korban pelecehan, tapi secara umum kampanye stop pelecehan seksual lebih berupa seruan bagi lelaki, untuk lebih menghargai kaum perempuan.

Caranya bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti jangan suka ngomong porno, apalagi di depan wanita. Tangan jangan "ramah" menyentuh bagian tubuh seorang wanita, meskipun wanita itu teman sendiri.

Sedangkan bagi perempuan, harus sadar, bangkitkan harga diri untuk melawan pelaku yang gerak geriknya akan melakukan pelecehan, atau telah sempat memulai melakukannya. Hanya ada satu kata, lawan. Jangan kasi kendor.

Memang, di tengah masyarakat, ada kontroversi tentang wanita yang berpakaian seksi. Di satu pihak dituduh sebagai biang keladi yang mengundang birahi lelaki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline