Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Mahathir Geram, Suku Melayu Tetap Miskin

Diperbarui: 17 September 2019   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. keepo.me

Belum lama ini seorang bos perusahaan taksi di Malaysia menyindir Indonesia sebagai negara miskin. Karena kemiskinan itulah jasa ojek motor berkembang pesat di Indonesia.

Komentar bos taksi tersebut konteksnya berkaitan dengan rencana Gojek melebarkan sayapnya dengan memasuki negara tetangga tersebut. Si bos taksi menolak ekspansi itu karena Gojek tak cocok dengan Malaysia yang bukan negara miskin.

Tapi ucapan si bos seolah dikoreksi oleh Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad yang melontarkan pernyataan dengan nada geram. Kata Mahathir, warga Melayu di Malaysia tetap saja miskin.

Seperti dilansir dari kontan.co.id (9/9/2019), orang-orang suku Melayu terus menerus miskin karena tak mau bekerja keras, kata Mahathir. Ia pun mengkritik sifat warga Melayu yang malah menyalahkan etnis lain karena kesuksesan mereka.

Lebih jauh Mahathir menulis dalam blog-nya sebagai berikut; "Orang Melayu harus menyadari apa yang terjadi pada mereka. Sayangnya mereka belum sadar. Orang asing telah membanjiri negara kita. Tujuh juta orang asing ada di sini. Mereka bekerja. Apa yang akan terjadi pada orang Melayu?".

Perlu dicatat, jumlah penduduk Malaysia sendiri saat ini sekitar 31 juta jiwa. Bayangkan kalau 7 juta orang asing ada di Malaysia, itu jumlah yang sangat signifikan karena hampir mencapai 25%.

Namun mengingat Mahathir hanya menyebut angka 7 juta orang, jelas yang dimaksud orang asing adalah mereka yang bukan warga negara Malaysia, tapi pendatang yang mencari kerja ke Malaysia setelah mereka berusia dewasa, termasuk para tenaga kerja asal Indonesia. Selain itu, banyak juga pekerja asal Bangladesh, Myanmar, dan Filipina.

Sedangkan yang menjadi warga negara Malaysia itu sendiri juga banyak sekali yang bukan bersuku Melayu. Hanya sekitar 60% orang Melayu. Sisanya adalah dua kelompok besar yang sudah turun menurun menjadi penduduk Malaysia sejak dulu menjadi koloni Inggris yakni yang berdarah Tionghoa dan India.

Masih dari berita kontan.co.id di atas, Mahathir juga mengatakan bahwa orang Melayu tidak serius dalam melakukan bisnis. Nah kalau begitu tampaknya yang disasar sebagai pembanding bukan pendatang saja tapi juga warga negara Malaysia keturunan Tionghoa, karena kenyataannya untuk perkembangan bisnis sebagian besar dikuasai oleh keturunan Tionghoa.

Soalnya, kalau pekerja pendatang dicemburui seperti para TKI, rasanya salah alamat. Bukankah para TKI kebanyakan bekerja sebagai buruh perkebunan dan para tukang di sektor konstruksi, di samping para TKW yang menjadi asisten rumah tangga.

Semua pekerjaan yang digeluti TKI itu tergolong pekerjaan "kasar" yang tampaknya sangat tidak diminati oleh orang Melayu. Bahkan mereka lebih baik menganggur ketimbang melakukan pekerjaan seperti itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline