Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mahathir Geram, Suku Melayu Tetap Miskin

17 September 2019   13:35 Diperbarui: 17 September 2019   13:52 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Justru tanpa kehadiran para TKI, pembangunan di Malaysia bisa terancam kelangsungannya. Selama ini TKI di Malaysia dibenci karena dianggap banyak yang datang secara illegal, namun sekaligus dirindukan pengusaha yang ingin mendapatkan tenaga kerja yang mau dibayar murah.

Orang Melayu lebih banyak memilih menjadi pegawai, atau istilah di sana adalah kerani. Banyak pula yang berbisnis atau berwiraswasta, namun hanya pada skala kecil, sedangkan yang berskala besar kalah bersaing dengan pengusaha warga keturunan.

Jelaslah bahwa masalah di Malaysia, meskipun secara umum lebih makmur dari Indonesia, tapi punya problem sosial yang relatif sama dengan yang kita hadapi, yakni belum terbentuknya etos kerja masyarakat yang menunjang berkembangnya kewirausahaan.

Tanpa bermaksud diskriminatif, harus diakui bahwa saudara kita keturunan Tionghoa lebih ulet dalam berusaha dan makanya juga lebih sukses. Ini yang perlu dicontoh. Bahwa sukses tak bisa dibangun dalam waktu singkat, harus melewati tahap jatuh bangun yang dihadapi dengan penuh kedisiplinan dan jiwa pantang menyerah.

Tak kalah pula pentingnya membangun integritas. Kenapa dagangan saudara kita berdarah Tionghoa lebih laris? Karena konsumen tidak merasa tertipu, barang kualitas rendah tidak dibilang sebagai barang bermutu tinggi. Harganya juga lebih miring agar perputaran barang lebih cepat.

Di lain pihak sering kita melihat warga asli di suatu daerah yang enggan berusaha karena tak mau memulai dari skala yang paling kecil, misalnya berdagang di kaki lima. Mereka inilah yang sering minta kemudahan dalam mendapatkan modal usaha. Celakanya begitu diberi bantuan modal, sering dipakai buat keperluan konsumtif, sehingga akhirnya usahanya tetap tidak berkembang.

Maka terhadap pernyataan Mahathir di atas, perlu kita mengambil hikmahnya. Kalau orang Melayu Malaysia yang relatif lebih makmur dari kita disindir demikian keras oleh pemimpinnya sendiri, kita harus berusaha lebih gigih agar tidak semakin tertinggal dari Malaysia.

dok. keepo.me
dok. keepo.me
.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun