Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Ketika Jembatan Penyeberangan Jadi Tempat Salat Tarawih

Diperbarui: 24 Mei 2018   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shalat tarawih di JPO (dok.tribunnews.com)

Berita tentang Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Salahudin Uno, yang terenyuh mengetahui ada warga yang menggunakan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) sebagai tempat shalat tarawih berjamaah, banyak mendapat perhatian dari pembaca media daring.

Warga yang melakukan shalat tarawih di JPO tersebut terjadi di kawasan Pasar Gembrong, Jakarta Timur. Bermodalkan kardus dan kertas koran, mereka terlihat nyaman-nyaman saja beribadah di tempat yang sebetulnya untuk menyeberang jalan bagi pejalan kaki. JPO ini berdekatan dengan Mushala Miftamul Jannah yang kapasitasnya terbatas.

Namun alasan warga melakukan itu ternyata bukan semata-mata karena keterbatasan ruang di mushala terdekat, tapi karena kebiasaan saja setiap awal bulan puasa.  Seperti yang diberitakan Kompas.com (Kamis, 24/5), tiap tahun puluhan orang yang rata-rata pedagang mainan anak-anak di sana memadati JPO dan pinggir jalan untuk shalat tarawih bersama. Mereka berdatangan saat azan Isya berkumandang.

Mereka tidak risih, justru senang bisa melakukan ibadah di spot unik itu. Yang jelas mereka pasti tidak kegerahan seperti  kalau shalat dalam mushala yang penuh sesak, jamaah biasanya kepanasan, yang tak bisa dilawan oleh kipas angin yang ada.

Makanya ketika Sandiaga Uno meminta lurah dan camat setempat mencarikan tempat lain yang terdekat agar bisa menampung semua jamaah, mendapat respon yang berbeda. Lurah Cipinang Besar Selatan, Sri Sundari, mengatakan bahwa aktivitas tersebut cuma euforia menyambut bulan suci saja. Setelah puasa berjalan beberapa hari, kegiatan shalat tarawih di JPO akan hilang dengan sendirinya.

Sedangkan Camat Jatinegara, Nasrudin, memastikan tahun depan pemandangan JPO Pasar Gembrong sebagai tempat shalat tarawih tidak akan ada lagi, karena daerah itu terdampak proyek jalan tol Becakayu (Bekasi - Cawang - Kampung Melayu). Kawasan itu akan dibongkar semua.

Mengingat pemberitaan di media sosial cepat sekali menyebar, dan khawatir menginspirasi warga di tempat lain untuk berbuat serupa, maka kepada pengurus masjid dan mushala di manapun yang berdekatan dengan JPO, perlu mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

Bagaimanapun juga menggunakan JPO untuk shalat tarawih berjamaah bisa berbahaya kalau JPO-nya tidak kuat lagi menanggung beban dan jebol. Di samping itu, sedikit banyaknya para pengguna JPO pasti terganggu.

Setiap masjid dan mushala sebaiknya punya rencana darurat, bila jamaah membludak di luar dugaan, lahan mana yang bisa dimanfaatkan utuk menampung. Syukur bila ada halaman masjid atau emperan di sisi pagar yang bisa dipakai dalam kondisi darurat. 

Memang fenomena warga berbondong-bondong beribadah hanya di awal Ramadhan, suatu hal yang tak dapat dipungkiri di banyak tempat di negara kita. Sehingga tak salah juga kalau disebut sebagai euforia. Makanya kalaupun masjid diperluas, di hari-hari lain ketika euforia berakhir, akan mubazir.

Hal ini sekaligus menjadi tantangan  bagi juru dakwah, bagaimana caranya menggugah masyarakat agar mau beribadah secara konsisten, bukan ikut-ikutan kalau lagi ramai saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline