Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Wisata Bengkulu: Benteng, Pantai, dan Soekarno

Diperbarui: 22 Juni 2016   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam rangkaian "safari ramadhan" dengan rute Jakarta - Lampung - Bengkulu - Jakarta, hari ini Rabu 22 Juni 2016, saya berkesempatan mengeksplor kota Bengkulu. Sebetulnya ini kali ketiga saya mengunjungi kota di pantai barat Sumatera ini,  setelah tahun 2003 dan 2008.

Dibanding dengan kondisi delapan tahun lalu, perkembangan Bengkulu tampak pesat sekali. Dulu, meski menyandang status kota provinsi, menurut saya belum layak bersanding dengan Padang, Pekanbaru, Jambi, Palembang, dan Bandar Lampung, yang merupakan tetangganya Provinsi Bengkulu.

Namun sekarang, kelihatannya Bengkulu mampu mengejar ketertinggalannya. Jaringan jalan raya baru, pengembangan kawasan bisnis, dan juga pembangunan infrastruktur pariwisatanya terlihat menggeliat. Hal ini sekaligus merubah mindset saya sebelumnya bahwa kota di pantai barat Sumatera sulit berkembang, mengingat fokus ekonomi bertumpu pada Jakarta dan Singapura, akibatnya kota di belahan timur lebih hidup seperti Medan, Batam, Pekanbaru, Jambi, Palembang dan Bandar Lampung.

Sebagai catatan, Padang yang di pantai barat semakin tertinggal dari Pekanbaru. Sibolga yang dulu punya pelabuhan yang ramai, sekarang sepi. Mungkin Sibolga harus jadi ibukota Provinsi Tapanuli (kalau jadi dibentuk), baru bisa berkembang.

Kembali ke Bengkulu,  meningkatnya pembangunan di Bengkulu tidak tersepas dari sektor perkebunan seperti sawit, kopi dan karet, meski untuk karet sekarang lagi down. Ada dua mall di Bengkulu yang mengindikasikan daya beli masyarakatnya memadai.

Obyek menarik di Bengkulu, pertama adalah Pantai Panjang. Sesuai dengan namanya, pantai ini panjang sekali, dan jalan raya sudah terbangun di sepanjang pantai. Jejeran pohon cemara menghiasi kiri kanan jalan, di samping banyak kios makanan. Sayang karena faktor cuaca, saat ini air laut terlihat keruh dengan ombak yang besar.

Kedua, adalah jejak kolonial Inggris berupa Benteng Marlborough, yang dibangun tiga abad yang lalu. Seandainya saja Bengkulu tidak dipertukarkan Inggris dengan Temasek (Singapura sekarang, dulu pernah dijajah Belanda), bisa jadi Bengkulu menjadi sebuah daerah yang maju, mengingat kebanyakan jajahan Inggris lebih makmur ketimbang jajahan Belanda.

Sangat menarik melihat benteng yang terpelihara, bahkan dibuat taman di sekelilingnya. Pengunjung bisa naik ke bagian atas benteng dan bisa memandang ke pusat kota ataupun ke laut lepas. Boleh dikatakan benteng ini sebagai obyek wisata paling ramai di Bengkulu.

Ketiga, segala sesuatu yang berkaitan dengan Presiden pertama kita, Soekarno, dan ibu negara pertama, Fatmawati. Bengkulu beruntung karena Belanda pernah mengasingkan Bung Karno ke Bengkulu. Rumah pengasingannya sekarang menjadi cagar budaya dan museum.

Saat diasingkan tersebut Bung Karno yang pendidikannya adalah sarjana arsitektur ITB, merancang pembangunan Masjid Jamik, yang berada di pusat kota. Masjid tersebut berdiri kokoh dengan corak unik tanpa kubah, dan dinamakan Masjid Jamik Soekarno.

Di Bengkulu pula Soekarno bertemu dengan Fatmawati dalam hubungan guru dan murid, namun kelak sang murid menjadi istri beliau. Ibu Fatmawati lah yang menjahit bendera pusaka yang dikibarkan saat proklamasi kemerdekaan. Rumah masa kecil Fatmawati yang merupakan rumah panggung khas Bengkulu, sekarang juga bisa dikunjungi sebagai obyek wisata sejarah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline