Lihat ke Halaman Asli

Dian S. Hendroyono

TERVERIFIKASI

Life is a turning wheel

COD Tidak Semudah Kedengarannya

Diperbarui: 14 Juni 2021   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi COD (Sumber: freepik via kompas.com)

Belanja secara daring bukan lagi hal yang aneh untuk dilakukan. Ditambah lagi dengan adanya pandemi Covid-19. Mereka yang enggan untuk bertemu orang lain di supermakerket akan menggunakan belanja melalui market place secara maksimal.

Belakangan, belanja dengan sistem bayar di tempat, bayar ketika barang diterima, atau yang lebih beken dengan istilah COD alias cash on delivery, mulai diperkenalkan. Hasilnya tidak semudah kedengarannya.

Sebenarnya, apa yang dilakukan oleh penjual dan pembeli pada sistem COD? Mudah saja. Penjual menyediakan barang, memastikan bahwa pembeli bisa membayar secara COD. Lalu, pembeli akan memilih barang yang bisa dibeli tanpa harus membayar terlebih dahulu, asalkan mereka harus menyediakan uang secara tunai, untuk membayar barang yang dibelinya.

Namun, tidak selancar itu hasilnya. Melalui berita, kita akan tahu kurir, yang mengantar barang dan sedianya akan menerima uang pembayaran dari pembeli, justru menjadi pihak yang paling sial. 

Hey! Kurir hanya mengantar barang, bukan si penjual. Dia juga bukan pihak yang bisa dimarahi jika barang yang diantar ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi. Juga bukan pihak yang harus membayar barang yang sudah dibeli namun pembeli tidak mau membayarnya. Apalagi sampai diancam dengan belati, atau pedang panjang, pendeknya senjata tajam.

Sedikit banyak, saya punya pengalaman yang sudah lumayan lama soal belanja online

Ketika Amazon pertama kali beroperasi, saya sudah langsung belanja di sana. Karena saya tinggal di Indonesia, maka mereka hanya bisa menjual buku, CD, dan DVD ke saya. Dan, itu sangat saya manfaatkan.

Belanja dengan sistem COD pertama kali saya lakukan pada 2019. Ketika itu, saya melihat sebuah dompet yang cantik, menurut saya lho. 

Biasanya, saya memakai dompet dengan satu warna, cokelat yang paling sering saya pakai. Namun, dompet incaran kali ini dihiasi dengan potongan kain perca yang dijahit jadi satu, mirip selimut itu.

Setelah saya telusuri, ternyata dompet itu dijual di sebuah market place yang bermarkas di Hong Kong. Selain itu, saya juga harus mengunduh aplikasi belanja yang mereka miliki. 

Setelah semua beres, dengan aplikasi sudah siap pakai di telepon pintar, ternyata dompet itu bisa dibeli dengan cara COD. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline