Lihat ke Halaman Asli

Irsyad Rahmanda

Pelajar ☪

Sikap Moderat dalam Ber-Islam sebagai Prinsip Perdamaian Dunia

Diperbarui: 12 Juli 2020   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SUMBER GAMBAR: pinterest.com/lastahenigsman

Jangan Ekstrim Kiri Jangan Ekstrim Kanan, Ditengah!!! (Muhammad Quraish Shihab)

Dalam kehidupan manusia di dunia, kerap terjadi suatu peristiwa tindak pelaku kekerasan entah mengatasnamakan suatu kelompok atau hanya "oknum". Dalam situasi indonesia sekarang ini sedang marak-maraknya berita tentang pembahasan RUU-PKS (Rancangan Undang-Undang-Penghapusan Kekerasan Seksual), yang nyatanya tidak mau disahkan dan menjadi perbincangan dalam ruang-ruang akademisi, terkhusus untuk gerakan feminisme. bukan ini yang mau penulis bahas, mungkin pada kesempatan lain waktu.

Indonesia dalam keberagamannya menjadikan sebuah negara yang membuat negara-negara lain takjub akan romantisme kita dalam berkehidupan. Mulai dari suku, bahasa, budaya, maupun agama. Bersatu dalam pancasila. Pemerintah Republik Indonesia secara resmi hanya mengakui enam agama, yaitu Islam, Protestan,Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu (indonesia.go.id). Berdasarkan Pasal 28E ayat (1) UUD 1945: setiap warga negara bebas memeluk agama dan beribadah sesuai agamanya.

Dalam arti kata agama mengandung banyak definisi, dan itu semua mengajarkan kita sifat kedamaian. Etika Global; "Tidak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian antar agama. Tidak ada perdamaian antar agama, tanpa dialog antar agama. Dan tidak ada dialog antar agama,jika masing-masing agama tidak menggali fondasinya masing-masing", demikian berulang kali dikatakan oleh Hans Kung. Penulis jadi teringat terhadap statement Pak Quraish shihab, "Damailah dengan diri anda, damailah dengan orang lain, damailah dengan semua makhluk itu adalah jalan menuju surga." Penulis sepakat untuk menanamkan toleransi dan penuh cinta antar umat beragama, sehingga hidup akan bahagia. Selama cirinya adalah kedamaian.

Tapi nyatanya, Fakta kehidupan membuktikan masih ada manusia yang berpaham radikalisme dan terorisme. Radikalisme merupakan sebuah perbuatan yang di identik dengan kekerasan tanpa memandang sisi kemanusiaan. Contohnya pada bulan lalu ada sebuah pelaku tindakan rasisme terhadap warna kulit yang terjadi di Amerika sana oleh "oknum kepolisian". Padahal negara tersebut telah dikatakan negara maju tapi kenapa masih ada rasisme disana. Apakah rasisme tidak bisa dihentikan?. Penulis sepakat dengan pernyataan Morgan Freeman Ketika ditanya tentang rasisme yang terjadi di amerika sana.

"bagaimana cara menghentikan rasisme?"

Dia begitu tenang dan optimis dengan menjawab "stop membahasnya."

Wooow, Sebuah Konsekuensi logis.

Tidak sedikit pula juga terhadap politik-agama di indonesia yang pembelahannya luar biasa, seolah-olah Membicarakannya Antara Surga dan Neraka. belum lagi aksi terorisme, pembunuhan, bahkan tindak kekerasan, yang menjadi serumpun jihad atas nama agama. membunuh manusia yang tidak bersalah secara masal, padahal didalamnya terdapat seorang muslim. 

Rasulullah sudah memberitahu bahwa "setiap muslim adalah satu tubuh" (HR.Muslim). berarti secara tidak langsung, mereka sama saja bunuh diri, perbuatan bunuh diri adalah kehendak melawan takdir Tuhan. 

dan Itu semua terjadi dikarenakan merasa paling suci, Saling mengkafirkan dan gampangnya mengklaim sesat. Atau seseorang yang baru sepintas belajar tentang Islam dan melihat yang lainnya berbeda pandangan, langsung klaim sesat. Tapi, rupa-rupanya lebih parahnya lagi meraka tidak berani mengklaim akan tetapi menggibahkannya. itu semua terjadi akibat ketidaktahuan mereka, yang melahirkan sikap dogmatis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline