Lihat ke Halaman Asli

1 Tiket Kemanusian Untukmu, Lombok

Diperbarui: 21 Agustus 2018   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.Pribadi

"Yang pasti, tiap malam kami tidur dengan perasaan was-was, khususnya di hari pertama, takut terjadi gempa saat kami tidur. Malam pertama, kami malah tidur di teras depan, karena takut ada gempa susulan. Setiap hari kami tidak lupa pasang "alarm gempa" yang berupa botol air mineral yang bagian atasnya ditaruh piring stainless."

"Tiga teman kami tidur di rumah seberang. Di sana, alarm gempanya berupa tumpukan uang koin yang disusun tinggi"

Jimmy bukan orang baru dalam hal kepedulian terhadap bencana, khususnya menjadi volunteer atau relawan. Ia sudah terbiasa ikut serta dalam pelbagai kegiatan sosial saat masih kuliah.

Terakhir, jejak aksi sosialnya terekam sebagai koordinator relawan di bencana Jogja tahun 2006.

Uniknya, Jimmy mengaku tidak berafiliasi dengan kelompok manapun. Saat gempa Lombok terjadi, ia tergerak untuk terjun dan mencari rombongan yang akan berangkat. Ia merogoh koceknya sendiri untuk membeli tiket pesawat ke Lombok.

"Saat terjadi gempa Lombok, saya nanya-nanya ke teman yang seorang dokter, apakah dia punya rencana untuk pergi. Awalnya bingung, nanti di sana gabung sama siapa. Akhirnya saya nanya-nanya ke grup Vihara, saya seorang Buddhis; ternyata ada yang mau ikut bergerak, bantu logistik. Saya dan seorang teman berangkat bersama mereka, total 8 orang."

Jimmy berangkat ke Lombok pada hari Sabtu, 11 Agustus. Sehari sebelum keberangkatannya, teman-teman di Vihara tempatnya beribadah, juga mengirimkan tenda-tenda, susu, obat-obatan, dengan berat sekitar 700 kg, menggunakan cargo City link.

Tugas Jimmy di Lombok adalah membantu pendistribusian bantuan dari para donatur. Seorang seniornya di kampus, dari Astra International NTB, meminjamkan tempat di gudang untuk meletakkan barang-barang bantuan.

dok.pribadi

"Setiap hari kami bersama rombongan mendistribusikan bantuan berupa sembako, tenda, lampu penerangan ke desa-desa di pelosok. Di sana, kami diarahkan oleh teman-teman dari Gemabudhi (Generasi Muda Buddhis Indonesia) NTB yg sudah melakukan survey."

Jimmy mengaku tidak mampir ke posko-posko relawan/bantuan yang lain, namun di bandara ia sempat bertemu dengan grup dari PT. IFORTE GLOBAL INTERNET. 

Perusahaan ini akan membantu memasang jaringan internet untuk memulihkan komunikasi dengan memakai sumber energi tenaga surya, sebab sumber listrik dari PLN padam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline