Lihat ke Halaman Asli

Tangisan Hujan

Diperbarui: 25 Maret 2018   03:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: pixabay.com

Hujan masih menaburi rintiknya untuk kembali menebarkan kesegaran kepada alam sebagai hakekat kembalinya ke bumi ..

Malam itu..

Derainya makin mengucur menahan langkah tak mengizinkan kaki beranjak..

Pertemuan kali pertama menghadirkan kesyahduan hati dengan tingkahmu yang sungkan karena "demam rasa"..

Mungkin.. bisa jadi "grogi" saat pertemuan raga yang dituntun hati untuk saling menatap..

Ku lihat senyummu tak begitu lepas.. Seakan ada batas yang menghalangi pandangan hati untuk berkasih...

Rasa itu mulai tumbuh sebagai konsekuensi logis atas kedekatan yang mempererat emosi...

Intensitas komunikasi menjadi pupuk atas suburnya rasa diantara kita..

Namun, terdapat kawat yang membelenggu rasa membuatnya tak kuasa tumbuh dan semakin tertekan...

Aku yang tak mampu berkata... pantaskah ku salahkan cinta karena bercabang membagi rasa.?

Katanya.. Cinta memang tak sepatutnya dibagi, cinta seyogyanya di pancarkan kepada semesta, terhadap semua makhluk Tuhan... Karena cinta adalah keutuhan rasa yang tak pernah habis walau dipancarkan untuk siapapun...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline