Lihat ke Halaman Asli

Irene Maria Nisiho

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga

Menjadi Tukang Cukur Dadakan pada Masa Pandemi Covid-19

Diperbarui: 2 Juni 2020   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tukang cukur dadakan dirayu cucu (Foto: Koleksi Pribadi)

Masa pandemi covid-19 atau virus corona baru ini, banyak membawa perubahan, serta membuat banyak orang susah dengan berbagai macam masalah. 

Dulu, sebelum pandemi, banyak diantara kita yang setia mengintip kalender. Kapan tanggal merah? Cuti bersama berapa hari? Sewaktu mulai diberlakukan tinggal di rumah, belajar dari rumah, kerja dari rumah, sebagian besar orang menjadi senang. Termasuk cucu-cucu saya yang dititipkan di rumah kami karena orang tuanya masih ngantor, takut mereka ga patuh tinggal di rumah.

Sejak tanggal 15 Maret 2020 mereka datang dan mulai tinggal bersama kami. Hal itu sangat menyenangkan kami semua. Tinggal bersama cucu tentu menyenangkan, karena akhir-akhir ini sangat sulit buat mereka tinggal atau nginap satu dua malam saja karena banyaknya kesibukan mereka.

Cucu-cucu saya ini kembar, pemuda, murid kelas 12. Kakaknya sudah lebih dulu di sini. Sudah kerja, dan kantornya lebih dekat dari rumah kami.

Pada awal-awal mereka di sini semua masih fresh, banyak waktu bercengkrama dengan kami. Saya banyak bercerita kisah ketika kami dulu di Makassar dan masa-masa sulit pada awal kepindahan kami ke Jakarta.

Saya sempat berkisah, pada waktu itu Mamanya masih murid kelas 2 SD, dan beberapa waktu kemudian terjadi krisis ekonomi dan sangat berdampak pada ekonomi keluarga. Krisis ekonomi itu membuat Nenek, mereka memanggil saya nenek, terpaksa menjadi tukang cukur buat anak-anak Nenek dan juga Opa (suami saya panggilannya bukan Kakek hehehe....)

Mereka sangat senang mendengarnya. Kami sering membuat kue dan masak bersama. Mereka pun pernah memasak makanan buat kami. Sekitar sebulan mereka di sini, mereka mulai merasa gerah, komputer dan game mulai lagi menjadi sahabat karibnya. 

Sayangnya mereka tidak menyukai hobi berkebun saya. 

Mendadak jadi tukang cukur (foto: Koleksi Pribadi)

Rambut mereka sudah mulai gondrong. Waktu baru datang, rambut mereka memang sudah panjang. Mereka sibuk mencari apa Neneknya mempunyai bando. Akhirnya beli bando online.  Tidak puas! Lalu, salah satu Kembar mulai merayu saya untuk menggunting rambutnya

Tentu saja saya tidak berani. Anak 17 tahun dicukur Nenek? Lain waktu dulu kan, anak-anak saya masih kecil. Mau diantar ke Barber Shop juga ga berani...

Sore itu saat saya ke luar kamar, baru bangun dari tidur siang, saya ditodong minta digunting rambutnya. Katanya kalau jelek, plontos sekalian! Sudah tersedia gunting dan cermin. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline