Lihat ke Halaman Asli

Irawan Abae

saya adalah mahasiswa Universitas Khairun Ternate jurusan Ekonomi Pembangunan, say berperan aktif di dunia Literasi

Siapa Kita Sebenarnya?

Diperbarui: 21 Juni 2021   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis : Irawan Abae

                                                                                      

Dalam hidup kita harus berani bertanya pada diri sendiri, siapa kita sebenarnya, pertanyaan-pertanyaan ini, yang membuat kita dapat merenungkan dalam diri bahwa subtansi kita bermanusia itu, untuk menjadi apa? 

Banyak manusia yang salah menafsirkan dirinya sendiri dan terkadang kita selalu mengklaim diri kita sebagai seorang Pahlawan, aktisvis, politisi,bahkan sebagai seorang yang paling paham akan konsep keadilan dan kesejateraan yang mampu melepaskan umat manusia dari belunggu penjajahan akan tetapi, kita sendiri yang membawa kerusakan di muka bumi ini.

Kemudian Letak kesempurnaan seorang manusia bukan pada keberhasilan memadamkan kejahatan (korupsi, eksploitasi, penjajahan, dnan sebagainya ), jikapun menang, itu hanya kehendakTuhan sebagai ujung dari sebuah ikhtiar. Kerena boleh jadi ia “dikalahkan”.

Dari penjelasan di atas saya tidak ingin kita terterfokus pada pendefenisian apa lagi penafsiran secara subjektifitas diri kita, saya hanya coba membawa kita pada satu masalah yang harus kita sikapi secara Bersama yaitu sebagai seorang mahasiswa.

Sifat dasar mahasiswa adalah mencari kebenaran dan mewujudkan kebenaran tersebut. terkadang suatu “kebenaran” mahasiswa, terbentur dengan kebenaran mahasiswa yang lain. Yang konsekwensi lansung dari hal tersebut adalah ketimpangan dalam berfikir kecenderungan egoisme, padahal mahasiswa adalah nilai-nilai kebenaran ilmiah dan norma-norma etika.

Kesadaran berpolitik mahasiswa kini mulai memudar hal itu terjadi akibat kultur modernisasi dan globalisasi yang cenderung mengikis idealisme. 

Dalam dunia politik terjadinya perselisihan dan perseteruan dan itu bukan hal baru lagi untuk di dengar, karena biasanya  kawan bisa menjadi lawan. 

Bahkan dalam keluarga yang sama tapi saling menjelek-jelekkan saya pikir seorang mahasiswa dapat di bedakan oleh kelompok-kelompok yang tidak di berikan karunia untuk mendapatkan Pendidikan yang lebih baik, tapi sekarang mahasiswa lebih rendah martabatnya di bandingkan kelompok tidak memperoleh Pendidikan, sebab tindakn dan perilakunya tidak melebelkan sebagai seorang mahasiswa melainkan orang yang zolim terhadap saudarah berpikirnya.

Dinamika kemahsiswaan hari ini telah di ujih oleh berbagai penyakit di tubuh organisasi Internal dan organisasi Eksternal itu sendiri. saya rasa kita telah melewati banyak etape dari masa orde lama, orde baru hingga erah reformasi, sejauh ini kita yang di kenal dengan kaum Intelektual, kaum yang berpikir secara ilmiah hingga begitu banyak tafsiran yang coba dilekatkan oleh seorang mahasiswa itu sendiri. Membaca, berdiskusi merupakan instrument yang selalu melekat pada aktifitas seorang mahasiswa.

Tapi akhir-akhir ini mahasiswa malah berfikir sebaliknya, berpikir seperti seorang politisi sebagi seorang mafia, artis dan bahkan sebagai seorang preman. Seharusnya seorang mahasiswa itu perfikir RUSAK (rasional, universal, sistematis, analisis, dan kritis).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline