Lihat ke Halaman Asli

Iradah haris

We do not need slogan anymore, we need equality in reality

Bersama Ayah Meneladani Nabi Muhammad di 10 Hari Akhir Ramadhan

Diperbarui: 3 Mei 2021   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

 


TUBAN. Awal Ramadhan adalah rahmah, pertengahannya adalah ampunan dan akhirnya,'Itqun Minan Nar (pembebasan dari api neraka). Selama sebulan tidak ada hal lain yang elok kita teladani di bulan suci ini kecuali teladan dari Nabi Muhammad  SAW. Terlebih menjelang 10 malam akhir di bulan Ramadhan saat ini.

Hari ini saya terlalu sibuk mencari penjelasan tentang arti kata i'tikaf untuk anak MI kelas 4. Setidaknya mengimbangi kaliman dan pemahaman sederhana anak-anal. Si shalihah nomor dua ini sibuk menanyakannya arti i'tikaf yang sebenarnya sudah dijawabnya sendiri. Pertanyaan ini dilimpahkan kepada saya setelah sepanjang hari ia menghabiskan banyak waktu mengikuti ayahnya.

"Aku i'tikaf di masjid dengan ayah tadi. Lamaaa. I'tikaf itu duduk-duduk di masjid, mengaji kita. I'tikaf itu apa sih?," tanyanya terdengar seperti mengetes saja.

Pertanyaan yang sudah ada jawabannya. Saya hanya menjelaskan bahwa secara sederhana pemaknaan anak saya tentang i'tikaf tadi tidak salah. Saya yakin, ayahnya pun tentu sudah memberi kata pengantar sebelum mengajaknya beri'tikaf.

 I'tikaf secara harfiah, menetap. Makna umumnya adalah berdiam diri di masjid dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melihat maksud i'tikaf, sudah sepatutnya di dalamnya diisi dengan amal ibadah. Seperti amalan shalat sunnah, membaca qur'an, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, istighfar, shalawat Nabi, serta memperbanyak doa. Juga sepatutnya melengkapi i’tikaf adalah tafakkur.

Tidak hanya bisa dilakukan di masjid saja. I'tikaf juga bisa di lakukan di tempat ibadah seperti surau, langgar atau mushollah keluarga, di rumah. Mengingat amaran masa pandemi ini, ada baiknya kita melakukan i'tikaf di mushollah rumah. 

Menurut berbagai riwayat hadis, Rasulullah selalu rutin beri’tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Pelaksanaan i’tikaf ini tidak bisa dipisahkan dari momentum pencarian lailatul qadar.

Sabda Nabi Muhammad SAW:

"Sungguh saya beri'tikaf di di sepuluh hari awal Ramadhan untuk mencari malam kemuliaan, kemudian saya beri'tikaf di sepuluh hari pertengahan Ramadhan, kemudian Jibril mendatangiku dan memberitakan bahwa malam kemuliaan terdapat di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Barangsiapa yang ingin beri’tikaf, hendaklah dia beri'tikaf (untuk mencari malam tersebut)."

Sebenarnya maksud sang ayah membawa si shalihah beri'tikaf pun berkaitan dengan 10 hari terakhir Ramadhan. Ternyata untuk mengenalkan teladan Nabi Muhammad. Ayah menjalankan fungsi seperti tersebut dalam hadist dari Aisyah, mengajak anggota keluarganya untuk turut beribadah. Kebetulan si sholehah yang sudah mulai paham banyak hal tentang kewajiban beribadahlah yang jadi prioritas ayah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline