Lihat ke Halaman Asli

Iwan Permadi

TERVERIFIKASI

Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

Perubahan Iklim & AS Belum Berubah?

Diperbarui: 14 Desember 2015   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul diatas mungkin terasa bombastis dibandingkan dengan hasil kesepakatan 195 negara yang bersidang di Paris, Perancis dalam Konperensi Perubahan Iklim yang baru lalu. Banyak yang mengatakan konperensi itu sifatnya win, lose and draw. Ada yang menang dikit, kalah nggak banyak dan akhirnya kompromi alias draw. Yang jelas Amerika Serikat (AS) akhirnya mau diajak serius berunding lagi sejak Protokol Kyoto 1997 dimana AS menolak ikut meratifikasinya.

Buat Regim Presiden Obama yang akan memasuki tahun akhir pemerintahannya yang kedua akhir tahun depan ini jelas pencapaian maksimal dan monumental sebagai negara maju yang ada di garis depan dalam mengatasi perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi AS dan negara industri lainnya sejak revolusi industri pada abad 18-19 terhadap dunia. 

Nilai plusnya adalah AS sudah mau diajak serius berunding dan mau mengurangi tingkat emisinya yang tertinggi di dunia. AS akhirnya menyadari bahwa fakta bahwa dunia yang tidak aman dan rusak akibat dari penggunaan berlebihan dari energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi, terbukti secara ilmiah dengan naiknya air laut, tenggelamnya pulau, perubahan iklim, cairnya gunung es, banyaknya angin topan, kekurangan air bersih, kekeringan dan lainnya. AS ingin menjadi pemimpin dalam perubahan iklim dengan target pengurangan emisi dengan sudah berinovasi di banyak energi terbarukan dan terakhir menyiapkan dana dalam menolong negara-negara yang terkena dampak langsung dari perubahan iklim atau pemanasan global ini.

Itu sisi positifnya tapi apa sisi negatifnya? Apalagi kalau bukan pertarungan kekuatan antara Partai Demokrat dan Partai Republik. Pendukung utama Partai Republik adalah para konglomerat dan industriawan AS yang tidak ingin kemakmuran mereka hilang dengan mengganti energi penggerak ekonomi mereka dari fosil ke energi terbarukan. Kalaupun mereka setuju, maka negara lain harus juga menanggung hal yang sama terutama negara maju lainnya. Mereka berasumsi kalau mereka berkorban, negara lain tidak berkorban seperti China, maka kekuatan ekonomi mereka tidak miliki lagi. Jadi kesepakatan itu harus fair, terukur dan dapat dipertanggung-jawabkan.

Bila perdebatan ini terus terjadi, bisa dibayangkan, Paris Agreement atau Climate Change Conference di Paris hanyalah retorika semata. Tapi saya yakin para pendukung partai Republik pastilah manusia cerdas yang bisa membedakan pemimpin/presiden siapa yang mereka dukung mampu memberikan masa depan anak cucu mereka. Kalau Afrika tenggelam, apakah AS akan hidup sendiri? Sudahlah perubahan iklim bukan lagi isu tapi sudah jadi fenomena yang mengarah ke bencana akibat ulah manusia sendiri. 

Kita percaya nilai-nilai pioner/perintis, patriotisme dan semangat inovasi mereka mampu memberikan inspirasi kepada negara berkembang untuk ikut bersama-sama menciptakan dunia bagi anak cucu kita yang sehat, baik dan ideal buat ditinggali.  

Ref:

http://news.yahoo.com/obama-optimism-over-climate-pact-tempered-gop-opposition-080544928--politics.html;_ylt=AwrXgiMKXm5Wf0gAuPnQtDMD;_ylu=X3oDMTByb2lvbXVuBGNvbG8DZ3ExBHBvcwMxBHZ0aWQDBHNlYwNzcg--




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline