Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Menulis Mencatatkan Sejarah?

Diperbarui: 8 Agustus 2021   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menulis, foto oleh Suzy Hazelwood dari Pexels


"Bila masa depan adalah misteri, setidaknya kita dapat menuliskan harapan dan mimpi untuknya di masa kini."

Pernahkah terlintas di masa lalu, saat ini kita dapat mendengarkan musik dari platform berbayar? Mengerjakan tugas sekolah dan menuntaskan pekerjaan dari layar genggam. Hingga memesan makanan, dan meminta tenaga kebersihan dengan aplikasi online.

Pernahkah kita berpikir, kemana perginya disket, kaset dan piringan hitam? Apakah ada di toko barang antik, gudang, atau kotak kenangan?

Teknologi semakin berkembang dan tools cepat berganti. Namun, satu hal yang tak pernah berubah, yakni tulisan.

Huruf dan angka masih dipergunakan, dalam bentuk cetak maupun digital. Tulisan tidak pernah tergantikan.

Kenapa tulisan masih bertahan padahal manusia modern cenderung menikmati tontonan? Rekaman video dan musik berganti platform. Begitupun buku-buku, jurnal, berita, instruksi dan komersial.

Menulis tak pernah ketinggalan zaman

Pada abad 31 SM atau sekitar 3000 tahun lalu, bangsa Sumeria telah mengembangkan aksara paku untuk mulai menulis. Berbeda dengan hieroglif di Mesir kuno yang menggunakan simbol-simbol. Tulisan paku dapat bertahan dan digunakan hingga awal abad 1 M.

Pada perkembangan selanjutnya dikenal aksara dari berbagai peradaban di belahan dunia lain, termasuk di Nusantara. Sebutlah aksara Pallawa, Sunda Kuna, Kawi, Rencong, Had Lampung dan lain-lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline