Lihat ke Halaman Asli

Rinnelya Agustien

Pengelola TBM Pena dan Buku

Stimulasi Gemar Membaca

Diperbarui: 18 November 2019   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

seorang nenek sedang membacakan buku untuk cucunya

Seorang teman bercerita  kalau kakaknya telah membeli banyak buku untuk anaknya di gelaran bazar buku terbesar di Balikpapan. "hebat kakakmu, anaknya pasti senang didongengin setiap malam" kataku penuh kagum. "Gak pernah tuh, gak ada waktu.Kakakku sibuk bekerja. Bukunya ya dibaca baca sendiri sama Putri (nama keponakannya). 

Sudah bisa baca dia"jawab temanku. Aku tepok jidat mendengar jawabannya "lha kukira didongengin tiap malam". Awal November lalu, Balikpapan dihebohkan dengan kehadiran gelaran bazar buku terbesar di dunia Big Bad Wolf (BBW). Hebat juga Balikpapan bisa terpilih untuk zona Kalimantan daripada kota lainnya. 

Aku turut bergembira akan hal itu. Apalagi lokasi BBW dekat sekali dengan rumahku. Cerita serupa seperti di atas ku dengar sendiri saat aku mengunjungi BBW. 

Seorang ibu berbicara ke anaknya "nanti kalo sudah dibeli, dibaca, Nggak?"  tanya seorang ibu kepada anaknya saat memilih buku. "dibacain Mama lah" jawab anaknya tersenyum lebar. "huuu itu sama saja mama yang baca dong, Kakak kan sudah bisa baca. Baca sendiri ya" sahut sang ibu membalas jawaban anaknya. 

Banyak orangtua bahkan termasuk mamaku menganggap kalau anaknya sudah bisa membaca ya berarti membaca buku sendiri. tapi ternyata teorinya tidak seperti itu. Ternyata meskipun sudah bisa membaca anak anak harus punya waktu untuk dibacakan buku oleh orangtuanya. Mengapa demikian ?

Bahwa membaca  adalah tugas yang kompleks bagi otak. Bila kemampuan mendengar dan melihat sudah berfungsi sejak bayi, lain halnya dengan kemampuan membaca. 

Setidaknya ada tiga daerah di otak yang terlibat dalam membaca, yakni lobus frontalis (otak bagian depan), serebelum (otak kecil), dan satu wilayah penting yakni korteks temporalis inferior kiri. 

Wilayah ini memiliki signifikansi dalam pengenalan bahasa tulis. Menurut Aamodt dan Wang dalam buku Welcome to Your Childs Brain, dalam diri anak TK kemampuan membedakan kanan dan kiri berkorelasi dengan kesiapan membaca. 

Sehingga bisa dikatakan kesiapan anak untuk belajar membaca baru terjadi di usia 6-7 tahun. Karena tidak hanya belajar mengeja huruf namun juga memaknai kata demi kata.

Membaca tidak seperti makan yang merupakan kebutuhan dasar. Membaca buku adalah keahlian yang didapatkan dengan perlahan melalui proses pengulangan. 

Bila buku diperkenalkan dengan cara menyenangkan maka membaca buku akan menjadi kegemaran Namun seringnya yang terjadi, anak belum sempat mengenal buku yang menyenangkan sudah dikenalkan dengan buku pelajaran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline