Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Di Buleleng, Bali, 20 Balita Terdeteksi Idap HIV yang Disasar Malah Pelajar SMP dan SMA

Diperbarui: 16 November 2015   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemda Buleleng panik 20 balita positif HIV.” Ini judul berita di merdeka.com (9/3-2015).

Balita adalah bayi di bawah usia lima tahun. Itu artinya adalah hal yang mustahil mereka tertular HIV karena ulah balita-balita itu melalui perilaku berisiko. Lalu, dari mengapa dan bagaimana balita-balita itu terdeteksi mengidap HIV?

Secara medis 20 balita itu tertular HIV dari orang lain bukan melalui perilaku berisiko, tapi tertular dari ibu yang mengandung mereka. Penularan bisa saat di kandungan, ketika persalinan atau waktu menyusui dengan air susu ibu (ASI).

Lho, ibu-ibu mereka koq bisa mengidap HIV/AIDS? Apakah ibu-ibu balita itu perilaku seksnya berisiko tertular HIV/AIDS? Ada dua kemungkinan. Pertama, ibu-ibu tertular dari suami. Kedua, ibu-ibu itu tertular melalui jarum suntik pada penyalahguna narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya), atau melalui transfusi darah yang tidak diskining HIV.

Yang paling memungkinkan adalah kemungkinan pertama yaitu ibu-ibu balita itu tertular HIV dari suami mereka. Karena ibu-ibu yang tertular HIV itu tidak menjalani program pencegahan penuaran HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya, maka bayi yang mereka lahirkan akhirnya terinfeksi HIV.

Dengan kondisi di atas, tentulah langkah Pemkab Buleleng adalah melakukan sosialisasi kepada laki-laki beristri agar tidak melakukan perilaku berisiko tertular HIV. Bagi yang sudah pernah atau sering melakukan perilaku berisiko dianjurkan tes HIV. Jika istri mereka hamil, maka dianjurkan tes pasangan.

Celakanya, yang dijalankan oleh Pemkab Buleleng justru tidak masuk akal (sehat) yaitu: "Kita mulai sasar sekolah-sekolah mulai SMP, SMA hingga perguruan tinggi untuk gelar penyuluhan tentang ancaman penularan HIV/AIDS. Termasuk juga ke lingkungan banjar-banjar," ujar Wakil Bupati Buleleng, Nyoman Sutjindra.

Walaupun langkah itu tidak tepat sasaran, tapi seorang yang bekerja di sebuah rumah sakit di Kota Bandung, Jawa Barat, mengatakan (diskusi di Facebook): “..selain laki2 dewasa yg mulai dewasa juga sangt perlu disasar utk pencegahan lbh dini..betul juga.”

Pencegahan yang dimaksud pekerja ini tentulah agar siswa SMP dan SMA itu kelak tidak melahirkan anak dengan HIV.

Tapi, tunggu dulu. Untuk sampai pada melahirkan anak siswa-siswi SMP dan SMA itu masih memerlukan waktu yang panjang. Katakanlah siswa-siswi SMA rata-rata akan menikah lima tahun lagi dari sekarang. Itu artinya baru ada kemungkinan melahirkan bayi tahun 2020, sedangkan siswa-siswi SMP baru pada tahun 2025.

Pada saat yang sama puluhan bahkan ratusan suami melakukan perilaku berisiko tertular HIV. Suami-suami yang tertular HIV akan menularkan HIV kepada istrinya. Selanjutnya istri-istri yang tertular HIV pun berisiko pula menularkan HIV ke bayi yang dikandungnya, sehingga akan ada lagi temuan balita HIV positif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline