Lihat ke Halaman Asli

BPJS Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

Autoimun Tak Membuat Linda Patah Semangat Jalani Hidup

Diperbarui: 19 Maret 2019   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kudus (19/03/2019) - Sudah beberapa tahun terakhir ini Linda Miftahul Jannah (17) siswi kelas XII Sekolah Menengah Umum (SMU) Kudus divonis oleh dokter menderita penyakit autoimun. Penyakit tersebut disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan (sistem imun) tubuh pada kulit, dimana sel darah putih atau antibodi tubuh yang terlalu kuat sehingga melawan jaringan tubuh sendiri atau protein ekstraselular.

 Keluhan yang dirasakan adalah mengeluarkan darah yang berlebihan saat menstruasi. Jika melakukan aktivitas yang berlebihan, penyakit yang dideritanya tersebut akan kumat dan sebaliknya jika aktivitasnya normal dan tidak terlalu lelah, tubuhnya juga akan terasa normal dan sehat seperti biasa.

 "Sakit ini sering terasa, saat banyak aktivitas atau menjelang ujian nasional (UN). Rasanya pusing dan mual, badan juga terasa lemas," kata warga Desa Jepang Pakis Kecamatan Jati Kabupaten Kudus ini saat ditemui Tim Jamkesnews pada Senin (11/03).

 Selama menjadi peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) segmen PBI yang dikelola BPJS Kesehatan, Lina mengatakan sudah banyak manfaat yang ia terima. Mulai dari biaya pengobatan di Puskesmas hingga di rumah sakit yang menjadi rujukan. Bahkan pelayanan yang diberikan, tidak dibedakan dengan pasien umum. Saat tubuhnya dirasa sudah membaik Linda mengakui tidak melakukan kontrol lagi. Namun kalau sudah mulai banyak pikiran atau kegiatan, sakitnya itu terasa kumat lagi sehingga kegiatannya di sekolah menjadi terganggu.

 "Pelayanannya baik, saat itu dari Puskesmas diberi rujukan sama dokter ke Rumah Sakit Mardi Rahayu dan saat ini saya dirujuk lagi ke Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi Semarang. Kalau sudah sehat, kadang memang tidak kontrol lagi. Tapi kalau mau ujian dan banyak pikiran, pasti penyakit saya kumat lagi. Tapi  beruntung sudah jadi peserta JKN-KIS, penyakit ini kata dokter kan perlu pengobatan rutin, dan dengan menjadi peserta JKN-KIS saya dan orang tua tidak perlu khawatir lagi memikirkan biayanya dari mana, selama kontrol dan pengobatan rutin sudah pasti biayanya dijamin JKN-KIS. Saya juga jadi semangat berobat supaya bisa sembuh," tandasnya.

 Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus dr. Arief Lianto Lie yang merawat Linda mengatakan, penyakit autoimun ini bisa terjadi karena faktor turunan dari keluarganya. Adapun penanganan medis yang diberikan, yaitu memberikan obat khusus untuk menekan imun agar tidak menyerang diri sendiri.

 "Kalau sudah terinfeksi, dampaknya batuk pilek, diare dan tubuh bisa cepat lelah," jelas Arief.

 Arief menjelaskan untuk penderita penyakit autoimun secara rutin harus melakukan kontrol dalam jangka waktu yang cukup panjang karena jika terinfeksi sedikit saja, trombosit yang ada dalam tubuh akan turun. Selain itu harus diberikan obat untuk menekan peradangan agar virus tersebut tidak menyerang tubuh sendiri.

 "Kalau virus tersebut sudah masuk, bisa menyebabkan kondisi tubuh menurun dan badan menjadi lemas," terangnya.

 Lebih lanjut dokter ini menghimbau masyarakat agar mulai mengubah pola makan dan gaya hidup. Selain itu secara rutin melakukan olahraga ringan untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit.

 "Lakukan  olahraga rutin, mengubah pola hidup dan makan makanan yang sehat serta tidur minimal 7 jam, adalah upaya pencegahan secara preventif yang penting dilakukan," pungkasnya.(ma/rd)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline