Lihat ke Halaman Asli

Indira Maharani

Penulis Buku, Konsultan SDM, Pelatih dan Pembelajar yang ingin berbagi pengalaman serta hal yang menarik seputar organisasi dan budaya

Memimpin dengan Empathy

Diperbarui: 22 Oktober 2021   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Maraknya Kasus Resign Besar - besaran "Great Resignation" yang terjadi di Amerika dengan lebih 4,3 juta karyawan resign dari pekerjaanya pada akhir Agustus 2021 lalu menurut catatan Washington Post serta  beberapa media terkait dengan situasi pandemi adalah bentuk keprihatinan terhadap dunia kerja dan perkembangan dunia usaha dan industri kerja.

Dimana setiap anggota organisasi sangat merasakan dampak terhadap kehidupan pribadi serta karir mereka selama mereka bekerja dari rumah WFH serta melakukan peran - peran yang cukup signifikan untuk misi penyelematan perusahaan dan organisasi mereka. 

Sangat berarti bahwa mereka sangat kehilangan waktu melakukan diferensiasi untuk diri sendiri, peran sebagai anggota keluarga serta peran di organisasi tanpa bimbingan yang dapat memudahkan mereka melakukan tugas mereka semua. 

Di tengah kesulitan atau tantangan di masa pandemi terkait dengan kesehatan, keselamatan serta banyak hal yang mereka alami di situasi yang sangat tidak mudah. 

Dalam Survey Gallup State of Workplace 2021 hanya 20% Rekan kerja di seluruh dunia merasa terhubung (Engage) dengan perusahaannya yang berdampak pada produktifitas, Innovasi serta perubahan di organisasi yang akhirnya menjadi perhatian di setiap organisasi atau perusahaan. 

  • 43 % menyatakan diri mereka dalam kondisi mental yang kurang baik (stress) 
  • 41% menyatakan diri mereka penuh kekhawatiran 
  • 24% menyatakan ada kondisi emosi yang tidak stabil dan 
  • 25% menyatakan kesedihan yang mendalam.

Beberapa dari responden menyatakan diri terus berjuang dalam setiap kesulitan yang mereka hadapi setiap saat, serta mendapati diri mereka juga penuh pengharapan bahwa mereka pada akhirnya akan melalui masa sulit.

Perlunya Perusahaan dan para pemimpinnya untuk berinisiasi untuk memastikan setiap kondisi pribadi di setiap kehidupan mereka terpenuhi dengan baik secara keselamatan, kesehatan dan dukungan penuh disetiap sisi wellbeing mereka. yaitu Physical Health, Finansial dan dukungan komunitas. 

Hal ini dianggap menjadi satu pendorong antusiasme karyawan untuk memastikan diri mereka berdampak positif kepada lingkungan terdekat baik itu keluarga ataupun komunitas eksternal yang erat kaitannya dengan sektor bisnis mereka.

Dalam sesi webinar yang pernah kami selenggarakan dengan menghadirkan beberapa perusahaan multinasional kondisi ini yang akhirnya memaksa setiap pemimpin mendayagunakan Potensi Empathy (Empa.te.tic) dalam keseluruhan potensi sumber daya dalam diri yang terpendam untuk ditumbuhkan menjadi potensi terbaik dalam masa sulit di perusahaan/organisasi. Dengan menempatkan "People First" sebagai centre of interest pusat dari keseluruhan kepentingan setiap perubahan di organisasi. 

Tahapan tahapan perubahan disetiap lini dilakukan, namun tetap berpegang teguh pada prinsip tersebut sehingga keseluruhan pemangku kepentingan (stakeholder) mampu bersinergi dengan daya kontributif yang berdampak bagi keseluruhan sasaran yang terintegrasi melalui lini sasaran strategis yang dirumuskan bersama. 

Dampaknya tidak hanya organisasi yang mempunyai kompetensi karyawan untuk menghasilkan keuntungan jangka panjang, namun juga menghasilkan karyawan yang mampu mendorong diri melalui sumber daya dalam dirinya yang di eksplorasi dalam setiap kondisi sehingga mereka mampu melalui peningkatan kompetensi individual dirinya dalam melalui masa krisis dengan perilaku Resilience yang dikembangkan bersama ditengah kondisi organisasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline