Lihat ke Halaman Asli

Harga Sebuah Tawa

Diperbarui: 1 September 2022   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

seruan angin beradu dengan tangisan bayi
ia terus mencari sesuatu
entah sang ibu atau sang ayah yang telah lama mati
mungkin saja ia ingin mengisi perut yang kelaparan
atau tempat berlindung yang aman dari kejam dunia

kakiku kembali melangkah
melupakan sesuatu yang telah lama bernaung dalam kepala
katanya orang akan lebih bahagia bila tak terlalu menghirau huru hara manusia

lalu,
kumendengar bisikan kereta tua tanpa ekor
menarikku ke imajinasi aneh dengan benang merah

kini,
aku bukan lagi aku di masa ini
tidak pula aku yang sesungguhnya di masa lalu

terus berjalan menelusuri celah dinding kamarku, kamar tetanggaku, bahkan kamar sempit yang tak memiliki makna apa-apa

sekat yang memsisah kotak-kotak kehidupan seolah-olah telah kehilangan fungsi, rusak
diam, mematung, tak semestinya

bingung
mengapa aku dikirim kamari?
di tanah gersang yang dulu dipenuhi hasil karya alam yang luar biasa

kawanan domba tertawa padaku
aku pun balas tak kalah kencang
kadang mengumpat dengan wajah melucu di sisa kewarasan

kami saling tertawa
kadang berakhir saling memaki
lalu ... kami tertawa lagi
melepas penat dalam kehendak

bagi kami ... hanya ini harga yang paling murah

para petani terheran memandang bergantian dari ujung jalan
bingung siapa yang lebih gila di antara kami

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline