Lihat ke Halaman Asli

IMRON SUPRIYADI

Jurnalis dan Pengasuh Ponpes Rumah Tahfidz Rahmat Palembang

Membedah Estetika Puisi Imron Supriyadi, "Tuhan, Aku Menagih Janji-Mu"

Diperbarui: 8 September 2022   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Oleh Anto Narasoma, Penyair di Palembang

KEYAKINAN seorang umat ke pada Sang Khalik, tercermin dari sikap dan perilaku hamba-Nya.

-------

Penyair Sumatera Selatan Imron Supriyadi menyatakan permohonannya ke pada Allah SWT. Mengapa?

Sebagai hamba yang selalu dekat dengan sujud dan doa, Imron tampaknya "tidak percaya" ke pada sesama manusia. Mengapa begitu?

Entah, saya tidak berusaha mengupas tentang ketidakpercayaannya terhadap sesama manusia. Namun secara estetika, puisinya bertajuk "Tuhan, Aku Ingin Menagih Janji-Mu" menarik perhatian saya.

Karena dalam tuturan diksi yang memuat kata-kata khusus permintaan, Imron mencoba mengutarakan harapannya ke pada Allah SWT.

Coba kita masuk ke ruang telaah terhadap bait-bait si penyair menyatakan permintaan. ..Tuhan, hari ini aku ingin menagih janji-Mu/ Sebab dalam ayat ayat-Mu/ Kau ucap ud 'uni astajib lakum: mintalah ke pada-Ku/ Niscaya akan kukabulkan...

Tampaknya keberanian Imron meminta ke pada Sang Khalik sudah memenuhi kriteria. Karena salat dan kedekatannya pada Alquran boleh dikata telah memenuhi syarat kaidahnya sebagai hamba.

Seperti dikemukakan Slauerhoff, permintaan ke pada Sang Pentjipta terkait kebutuhan hambanja, merupakan dasar permohonan setelah ia radjin beribadah ( ..halaman 92 buku Kesusasteraan Indonesia : Jajasan Pembangunan Djakarta 1953).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline