Lihat ke Halaman Asli

Imam Syafii

Guru Madrasah

Muara Kelingi Selayang Pandang

Diperbarui: 30 Januari 2021   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber :wikipedia

Muara Kelingi Selayang Pandang

(Impian Kota Kecil Kecamatan)

Oleh : Imam Syafii

Salam Sobat Lage, untuk menjawab tantangan#KamisMenulis yang diinisiasi oleh Komunitas Lagerunal, kali ini saya akan membuat tulisan gambaran singkat tentang daerah di mana saya tinggal. Semoga apa yang saya tuliskan ini bisa memberi informasi kepada Sobat Lagerunal semuanya.

Mari kita simak ya!

Sejarah Muara Kelingi

Sebut saja kecamatan kecil itu bernama Muara Kelingi. Muara Kelingi dahulunya dikenal dengan sebuah pasar besar yang menjadi persinggahan dan pelabuhan para pedagang Palembang, Ogan, Minang, Cina, dan pribumi Muara Kelingi dalam menjajakan dagangannya sebelum berangkat menuju Kota Lubuklinggau dari Kota Palembang ataupun sebaliknya dari Kota Lubuklinggau menuju Kota Palembang. Pasar Muara Kelingi cukup dikenal oleh para pedagang kala itu, sehingga terdapat beberapa pelabuhan sebagai tempat singgah kapal-kapal perahu para pedagang.

Sumber : tentangwebsite.blogspot.com

Dalam perjalanannya menuju Kota Palembang atau sebaliknya, para pedagang ini memanfaatkan jalur air Sungai Kelingi dan Sungai Musi dengan menggunakan perahu “ketek”. Kedua sungai ini menghimpit dari sebelah kiri dan kanan wilayah ini. Sungai Musi berada di sebelah kanan, sedangkan Sungai Kelingi berada di sebelah kiri jika perjalanan kita dari arah Kota Lubuklinggau-Palembang melalui jalur darat. Pertemuan aliran dua sungai besar ini bermuara di Pasar Muara Kelingi. Selanjutnya aliran sungai ini menuju Sungai Musi di Kota Palembang. Mungkin inilah yang menyebabkan daerah ini disebut dengan Muara Kelingi, pertemuan dua aliran sungai besar, Sungai Musi dan Sungai Kelingi bermuara di Muara Kelingi.

Menurut para pedagang kala itu, perjalanan melalui jalur darat membutuhkan waktu berhari-hari, berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk sampai di Kota Palembang dari Kota Lubuklinggau atau sebaliknya. Oleh karena itu, jalur sungai dipandang lebih efisien dibandingkan jalur darat.

Selain dikenal sebagai pasar dengan pelabuhan kecil, Muara Kelingi adalah sebuah desa yang kemudian berubah menjadi kelurahan dan sebagai ibu kota kecamatan di tahun 1990an. Kepala desa terakhir yang tercatat sebelum menjadi wilayah kelurahan adalah Abasuni Ali, dan lurah pertama adalah Hasyim Agus. Muara Kelingi dahulunya berbatasan dengan desa Lubuk Tua di bagian Timur, dan berbatasan dengan desa Tanjung  di bagian Barat. Namun karena terjadi pemekaran desa, saat ini di bagian Timur berbatasan dengan desa Lubuk Muda.

Akses jalan darat yang terus diperbaiki dan diperbaharui baik oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas dan Provinsi Sumatera Selatan menjadikan para pedagang mulai melirik prospek peluang ekonomi perdagangan di Kota Lubuklinggau sebagai Ibu Kota Kabupaten Musi Rawas kala itu. Terlebih sejak kejadian kebakaran hebat pada tahun 1989 di pasar Muara Kelingi yang menghanguskan ruko, kios-kios pedagang dan rumah-rumah penduduk, para pedagang mengalihkan usahanya berpindah ke Kota Lubuklinggau dan Kecamatan Tugumulyo.

Selain sebagai tempat perdagangan yang terkenal, Muara Kelingi juga dikenal sebagai tempat para pejuang hebat yang menyusun taktik gerilya melawan penjajah Belanda. Muara Kelingi menjadi basis berkumpulnya para pejuang dari Lubuklinggau dalam menyusun strategi untuk menyerang penjajah Belanda yang berada di Palembang yaitu Serongsong, Muhammad Syahid bin Abustam dan pasukan Divisi II Lubuklinggau. Sehingga di Muara Kelingi terdapat makam pahlawan, selain makam Tionghoa, para saudagar pedagang Cina yang meninggal di Muara Kelingi.

Sumber : forclime.files.wordpress.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline