Lihat ke Halaman Asli

seputarkampus_

Belajar Menulis

Refleksi Arah Gerak Lembaga Kemahasiswaan

Diperbarui: 5 September 2021   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dalam pidato kebangsaan pada suatu kegiatan seminar nasional, Prof. Yudi Latif, Ph.D mengatakan bahwa "Rusaknya sebuah bangsa disebabkan karena bangsa tersebut melupakan sejarahnya".

Pada awalnya lembaga yang dibentuk secara otoritatif dan legitimatif untuk praktik suatu disiplin ilmu pengetahuan serta mewujudkan cita-cita berkembangnya fakultas ditingkat nasional. Namun seiring berjalannya waktu, landasan historis terbentuknya lembaga tersebut kian hari kian dikikis karena tendensi kepentingan kelompok yang jauh dari sifat etis-estetis.

Hal tersebut terjadi pada sebuah lembaga di suatu Perguruan Tinggi Di Kota Tangerang Selatan. Lembaga praktik yang tunduk terhadap totalitarian bahkan menerapkan konsep despotisme dalam menjalankan roda kepengurusan demi mendapatkan 3K (Keamanan, Kenyamanan, dan Ketentraman).

Lembaga yang nyaman terhadap romantisme sejarah, sehingga dipaksa untuk menerima segala doktrin demagogi yang dianggap sebagai kebenaran, walaupun kebenaran tersebut hanyalah pembenaran masa kini. 

Terlebih, romantisme yang dinikmati justru membuat lembaga tersebut terjebak di ruang stagnansi. Tidak ada lagi prestasi yang diraih, yang ada hanya sibuk berdongeng romantisme sejarah yang sudah dikikis.

Semakin hari arah gerak dari lembaga semakin tidak terarah. Analisa penulis hal tersebut terjadi disebabkan oleh dua hal. Pertama, Ketidakpahaman seorang pemimpin bahkan struktural kepengurusan tentang tujuan dan orientasi lembaga saat didirikan. 

Kedua, diberikannya karpet merah oleh pihak-pihak tertentu terhadap lembaga tersebut. Sehingga lembaga merasa sakral karena dilindungi dewa-dewa mini yang _overpower_ karena rindu terhadap mahasiswa yang menyatakan bahwa ia adalah dewa saat ini.

Arah gerak lembaga yang bias terbukti dengan beberapa program yang telah diimplementasikan bersifat terbuka. Namun, sampai tulisan ini terbit visi-misi kepengurusan tidak juga disosialisasikan. Visi-misi adalah dasar mahasiswa diluar kepengurusan untuk menguji program-program yang dilakukan lembaga tersebut.

Selain itu, program Ekonomi urgensi yang telah dijalankan adalah realisasi visioner. Ekonomi urgensi dalam sebuah lembaga kemahasiswaan adalah solusi untuk memenuhi kebutuhan lembaga. Tetapi, hal tersebut justru menampilkan mode kapitalisasi institusional, karena untuk mendapatkan profit. 

Berangkat dari sini, mereka mengkomodifikasi lambang institusi dengan warna tidak sesuai sebagaimana mestinya. Lebih dalam, hal tersebut nampak disorientasi dan dekadensi lembaga, karena lembaga tersebut tidak memiliki departemen, divisi, atau bidang khusus yang memiliki tugas dan fungsi tentang kewirausahaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline