Lihat ke Halaman Asli

Ikrom Zain

TERVERIFIKASI

Content writer - Teacher

Alunan Nada di Kawitan Banyuwangi

Diperbarui: 9 Februari 2019   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesungguhnyam memotret seperti ini membuat hati cukup resah. - Dokpri

Riko ngajaki pisahan

Sak temene isun salah paran

Alunan lagu itu terus berputar dari headset di telinga saya. Bukannya merasa tersesat, saya malah menertawai diri sendiri akibat kebodohan saya untuk kesekian kalinya berjalan-jalan sendirian saat panas menerjang di suatu akhir pekan. 

Di Kota Banyuwangi, saya masih penasaran akan sejarah kota ini. Membaca buku berjudul Lekra dan Geger 1965, saya menarik nafas sejenak sembari duduk di bangku Taman Sri Tanjung.

Saya butuh istirahat. Berjalan kaki setapak demi setapak tanpa pelindung kepala dari arah wisata Kalilo membuat tubuh saya berkeringat hebat. Banyuwangi benar-benar panas. 

Sambil menghela nafas sejenak, saya mengamati sebuah gapura bertuliskan Kampung Wisata Temenggungan. Alias, jika disingkat menjadi Kawitan. Sensor otak saya langsung memberi sinyal agar saya melangkah ke gapura itu.

Kedatangan saya ke Banyuwangi memang untuk mencari jejak M. Arif, pencipta lagu Genjer-genjer yang dulu begitu termasyhur. Dalam narasi yang terdapat pada buku yang saya bawa, ia tumbuh dan mulai mengembangkan karya seninya di sekitar pusat Kota Banyuwangi. Namun, saya belum tahu pasti, di mana dan apa hubungannya dengan Kawitan yang saat itu ada di depan mata saya.

Saya menarik nafas panjang. Kaki saya sebenarnya mulai capek. Namun, saya tak ingin menyia-nyiakan waktu. Melangkahkan kaki ke dalam gapura, saya masih ragu untuk menjelajah kampung ini.

Apa yang akan saya dapat?

Walau ada terbersit niat untuk mengulik kisah mengenai M. Arif dan Lagu Genjer-genjer namun saya masih maju mundur. Kisah ini begitu sensitif. Saya bukanlah wartawan kelas kakap yang memiliki sejuta trik agar infromasi yang saya dapat lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan. 

Saya hanyalah pejalan biasa yang memiliki sedikit keingintahuan, alias kepo mengenai kisah sensitif ini. Yang tak banyak orang mau dan berkeinginan mengetahuinya lebih lanjut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline