Lihat ke Halaman Asli

Ikmal Trianto

Setengah mahasiswa setengah pekerja

Menjumpai Jalan Buntu

Diperbarui: 5 Juni 2022   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Freepik

Seperti halnya jalan, meskipun berupa lintasan yang panjang, ia tetap kan berujung. Terkadang sejauh apapun kita melangkah dan menempuh jalan itu. Semuanya akan berhenti pada suatu tempat dan buntu. Kebuntuan itu dapat kita maknai sebagai bagian dari yang harus kita hadapi dalam hidup ini. Apa yang kita sebut sebagai jalan buntu adalah fase dimana kita terbentur pada hal-hal baru yang terkadang mengganggu ritme yang sebelumnya sudah kita rencanakan.

Tentu kita mengenali istilah badmood dan lainnya yang merujuk pada maksud serupa. Hal-hal itu akan sangat mengganggu diri kita secara kondisi personal dan mental. Perlu kekuatan tertentu untuk kembali merekondisi diri untuk tampil pada performa terbaik. Kemampuan individu untuk men-charge kondisi diri sangat berbeda dan memerlukan waktu tertentu dalam relativitas pendek ataupun panjang dan lama.Menemui kebuntuan dan kehabisan ide untuk mengembangkan sesuatu yang kita gagas tentu bukanlah hal yang kita inginkan. Terutama pada kondisi tertentu yang menuntut kita untuk harus diselesaikan sesegera mungkin.

Apakah kondisi tersebut normal? Jalan buntu tersebut terkadang kita perlukan untuk memberikan ruang dan jeda waktu. Hal itu bisa kita sebut sebagai distraksi, yakni kondisi dimana kita terganggu akan suatu hal yang dapat memecah konsentrasi pada suatu objek. Tetapi distraksi dapat kita maknai sebagai sebuah kondisi memusatkan perhatian dengan menjauhi situasi yang tidak diinginkan dalam pengalihan perhatian. Yang menjadi penting dalam situasi ini adalah dengan tetap memegang kendali terhadap kerja otak kita. Jangan sampai kita terlena dan justru dikendalikan oleh situasi itu.

Lalu apa yang seharusnya kita lakukan untuk mencari alternatif saat menjumpai jalan buntu itu? Pertama tentu kita harus menyadari situasi tersebut bersifat normatif, artinya sesuat yang akan selalu terjadi dalam perjalanan kita. Kedua menerima kondisi tersebut dengan memegang kendali penuh atas perasaan kita. Ketiga mengetahui cara yang paling menyenangkan bagi diri kita agar kembali dalam situasi nyaman untuk kita bisa memposisikan on the track. Keempat sadari akan tanggung jawab diri bahwa hal itu merupakan sebuah tantangan yang mesti kita selesaikan.

Selamat berproses teman-teman semoga bermanfaat!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline