Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Puisi | Serumpun Lili

Diperbarui: 25 Agustus 2019   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com

Ketika senja menyingkap tabir malam
Menyeret sekerat penyesalan
Tentang hati yang sekarat
Terbenam dalam segenap kecewa

Lalu, kunang-kunang berlarian
Mencipta remah-remah cahaya
Menerangi redupnya harapan
Bahwa penantian hanya tinggal kenangan

Aku, adalah serumpun lili yang tumbuh di tubir hati
Berusaha menikmati anyir darah yang teruar dari hati yang patah
Menyigi ringkih kata yang tak sempat terbaca
Menyisir buncah rasa yang tergores luka

Hingga, saat petikan laju waktu
Telah melewati bilik-bilik pertikaian
Antara angan dan kenyataan
Aku hadir, sebagai satu-satunya jalan

Bahwa, siapa yang telah sudi menyakiti
Akan menuai balasannya
Bahkan lebih perih dari sekadar goresan luka
Maka damailah kecewa, ikhlaslah apa-apa yang menjadi fana dan sia-sia

Meski kenyataan nyaris meredupkan harapan
Aku tetaplah serumpun lili
Terbit dari nurani yang tak pernah mati
Selalu menggenapi rotasi perjalanan diri

Martapura, 25 Agustus 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline