Lihat ke Halaman Asli

Mega Lecehkan SBY & Taufik Kiemas?

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="alignright" width="300" caption="SOAL CENTURY BAGAIMANA...? KOK BISIK-BISIK MELULU SICH "][/caption] PDIP makin kritis terhadap SBY. Tidak jelas, apakah itu sebuah dendam atau sikap independen sebagai partai oposisi. Namun yang pasti, SBY dilarang untuk menghadiri Konggres PDIP di Bali awal April nanti. Menurut ketua Panitia Konggres, Tjahjo Kumolo kepada pers, "jangankan pidato, kedatanganya saja sudah akan mengundang penilaian, bahwa ada intervensi SBY dalam kongres," tegasnya. Tjahjo Kumolo memperlunak bahasa penolakan atas kehadiran SBY, dengan menggunakan alasan yang penuh sindiran. "Urusi dulu negara dan banyak pekerjaan rumah lainnya. Itu lebih penting daripada harus datang ke suatu kongres partai". Pernyataan Tjahjo Kumolo bukan asal bicara. Namun ungkapan itu tertata rapi, dan tentunya mewakili restu dari Megawati selaku Ketua Umum PDIP. Kita pun sudah bisa menebak, PDIP bermaksud mengirimkan pesan kepada publik bahwa, partai moncong putih itu sangat sensitif dan waspada pada tabiat intervensi SBY. Di lain pihak, pesan penolakkan terhadap kehadiran SBY merupakan bentuk perlawanan politik. Dengan menjadikan ajang Kongres PDIP sebagai momen untuk konsolidasi yang melibatkan pihak-pihak terkait. Sebutlah, tokoh-tokoh yang selalu bersikap kritis terhadap SBY, seperti: Surya Paloh, Sultan Hamengku Buwono X, Wiranto dan pimpinan Muhamadiyah. Termasuk menghadirkan para mantan KSAD, KSAU, KSAL, juga mantan Panglima TNI. Dan tidak ketinggalan sejumlah Dubes dari AS, RRC, maupun Uni Eropa, serta sejumlah tokoh LSM, Akademisi dan tokoh Parpol lainnya. Selanjutnya, agar tidak terkesan menunjukan ketidak-sukaan yang berlebihan kepada SBY, PDIP menggulirkan isu bahwa yang diundang hanyalah Ketua Umum Demokrat dan Marzuki Alie, mantan Sekjen Demokrat. Penegasan yang terakhir ini, punya makna tersendiri. Di satu sisi kehadiran kedua petinggi Demokrat tersebut adalah mewakili SBY. Namun di sisi lain, hal itu tidak lebih adalah undangan yang sekedar basa-basi. Mencermati sikap yang ditunjukan oleh PDIP, tentu kita bertanya: Di mana makna kedekatan dan kemesraan hubungan Taufik Kiemas dan SBY...? Apakah penolakan tersebut adalah bentuk pelecehan kepada hubungan SBY dan Taufik Kiemas...? Mengingat, belakangan ini berkembang rumor bahwa suami Megawati itu, lebih condong mendukung SBY, dan sedang berupaya menyatukan PDIP dan Demokrat dalam sebuah koalisi. Pertanyaan-pertanyaan itu, menyimpan misteri yang sering kali mengusik rasa ingin tahu publik. Yakni, lakon Mega yang terkesan bertahan sebagai oposan. Sementara sikap Taufik Kiemas terlihat lebih melunak kepada SBY. Ataukah, semua itu hanyalah sandiwara? Jawabannya atas perbedaan sikap politik yang diperlihatkan Mega dan Taufik Kiemas, sangat bergantung kepada situasi di Konggres nanti. Dan kita berharap, Konggres PDIP selain mengurusi hal hilwal internal partai, lebih khusus harus dapat melahirkan sebuah sikap tegas untuk mendorong percepatan penuntasan kasus Century. Tanpa adanya keseriusan dalam merespon persoalan Century, maka Konggres PDIP tidak akan memiliki makna yang penting bagi rakyat banyak. Dan semoga penolakan kepada kehadiran SBY, adalah pertanda bahwa PDIP hendak menyatukan sikap untuk menjawab aspirasi dan desakan rakyat: Tuntaskan kasus Century...! Salam, Faizal Assegaf Jkt, 30 Maret 2010

Artikel lainnya:




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline