Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Ibnu Sholeh

Santri Imajinatif

Kuis Seribu Sentuhan

Diperbarui: 14 Maret 2024   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gencraft.com

Di saat langit masih gelap gulita, langit yang begitu luas di mata manusia. Kupandangi langit yang di tengahnya purnama. Purnama itu begitu terang dan indah. Bulan yang terlihat kecil, tapi begitu memikat perhatian karena sinarnya. Bintang yang turut ikut serta dalam melukis indahnya angkasa raya. Ingin sekali kubersinar seperti mereka. Sepertinya seru, tampil di acara panggung yang meriah.

“Bukan kah ada acara itu di televisi, sekarang.” Aku begumam dan melirik jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 23.00 malam.

Aku mencoba mengumpulkan tenaga untuk bangkit dari lamunanku dan melompat ke atas kasur. Setelah mengambil remot TV berwarna hitam di atas kasur, aku memeluk bantal dan selimut dan menyalakan TV dan mencari suatu siaran acara.

“Nah, ini!”

Salah satu acara TV yang kutunggu-tunggu. Acara “How to be a Millionaire” sudah tayang setengah acara sejak TV-nya kunyalakan. Aku berharap ada seseorang yan g bisa berhasil mendapatkan hadiah utamanya yang sejumlah seratus juta. Yang kuharapkan bukan otang lain yang mendapatkannya, tapi diriku.

Yah, uang seratus juta memang tidak sedikit. Namun, uangn itu setidaknya cukup untuk biaya rawat ibuku. Ibuku mengidap kanker lambung. Padahal, ayahku tidak punya gaji yang begitu besar untuk melunasi biaya rawat ibuku.

Seudah sebulan ibuku dirawat di rumah sakit. Diriku yang masih kuliah di semester tiga hanya ingin membantu, tapi tak mampu. Diriku yang sekaranag hanya bisa membiayai kehidupanku sendiri.

“Lah, kenapa suasananya malah menjadi sedih, sih.”

Aku sebenarnya sengaja membuat suasana ini, meski ku tak tahu air mataku menetes sedari tadi. Itu karena sore tadi, aku berhasil memenangkan tiket masuk acara TV yang kutonton saat ini.

Aku akan merahasiakannya dari orangtuaku. Sebelumnya, aku pernah membuat janji dengan ibuku. Aku tahu ibuku akan menolaknya karena aku masih harus belajar. Namun, aku tetap akan membuat janji.

Suasana kembali sedih, ketika kutahu salah seorang peserta acara menangis di tengah acara setelah mendapat setengah hadiah dari hadiah utamanya. Memang mengharukan rasanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline