Lihat ke Halaman Asli

Anggi Azzuhri

Islamic Studies Research Fellow and Freelance Writer

Tafsir Bil Ra'yi (Bukan) Tafsiran Akal

Diperbarui: 31 Oktober 2020   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tulisan ini berangkat dari miskonsepsi yang terjadi dikalangan pelajar Ulumul Qur'an, metode Tafsir, bahkan oleh seorang yang telah menyelesaikan Doktoral. 

Saya melihat ada sebuah kebiasaan dikalangan akademisi yang saya anggap cukup buruk. Kebiasaan itu adalah menolak mengatakan "saya tidak tahu detailnya" ketika berhadapan dengan sebuah permasalahan yang belum pernah didalami sebelumnya. 

Alih-alih mengakui ketidaktahuan --yang sebenarnya hal ini tidaklah tercela-- sebagian orang yang telah menyandang gelar akademik tinggi menutup rasa malunya dengan menjelaskan sesuatu berdasarkan intuisi, atau lebih simplenya sok tau

Hanya dengan bermodalkan melihat etimologi sebuah istilah, lalu menyimpulkan bahwa konsep yang dikandung istilah tersebut juga sama dengan etimologinya.

Hal ini ditemukan pada konsep Tafsir bil ra'yi. Pendekatan tafsir Al-Qur'an secara umum terbagi tiga: Athari, Ra'yi, dan 'Irfani atau Isyari. Ketiga konsep ini pada dasarnya bukanlah pembagian yang terpisah dan tidak terkait satu sama lain. Akan tetapi, penamaan tiga pendekatan ini didasari pada proses analisa dan proses presentasi dalil. 

Tafsir sendiri menurut Badruddin az-Zarkashi, penulis Al-Burhan fii ulumil Qur'an, adalah sebuah ilmu yang bertujuan menjelaskan makna-makna Al-Qur'an, kemudian menyimpulkan hukum dan hikmah yang dikandung. (Jalaluddin As-Suyuti, Al-Itqan fii ulumil Qur'an, v.2 p. 174) 

Untuk mencapai tujuan Tafsir yang disebutkan oleh Imam Az-Zarkashi, maka tentu saja menggunakan dalil-dalil yang diterima secara syari'at. Lalu dengan dalil tersebut lahirlah penafsiran atau penjelasan makna yang dikandung suatu kata, ayat, atau surah. Adapun pendekatan yang digunakan dalam analisa dalil, dan cara penfasiran ada tiga: bil ma'thur, bil Ra'y, bil 'irfan

Tafsir bil ma'thur adalah sebuah tafsir yang berfokus pada riwayat. Riwayat tersebut dikumpulkan, dianalisa kekuatan sanad, dan jika penjelasan singkat dibutuhkan maka riwayat tersebut dijabarkan. 

Sehingga hasil tafsirannya adalah presentasi riwayat-riwayat terkait ayat tersebut saja. Penjelasan makna kosakata dengan menyebutkan sebuah riwayat, penyimpulan hukum dengan menyebutkan riwayat, dan jarang ditemukan penjelasan hikmah suatu ayat karena dalil yang terbatas. 

Kemudian Tafsir isyari atau 'irfani yang biasanya digunakan oleh sebagian ulama sufi menggunakan 'irfan atau kasyf sebagai dalil penafsiran. Secara jujur saya tidak mengetahui detail tafsir ini secara mendalam. 

Sementara tafsir bil ra'yi adalah penafsiran yang menggunakan metode-metode logika pada suatu ayat. Perlu ditekankankan bahwa Mufassir bil ra'yi bukanlah menafsirkan Al-Qur'an dari akalnya, tetapi menggunakan metode berfikir untuk menjelaskan suatu ayat yang tentunya menggunakan dalil-dalil riwayat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline