Lihat ke Halaman Asli

Filosofi Hidup pada Senar Gitar

Diperbarui: 2 Juni 2016   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gitar sebagus apapun, harus di stem terlebih dahulu dengan keahlian khusus dan intuisi seni yang dalam sebelum dimainkan, supaya bisa dihasilkan melodi yang indah. Begitupun analogi seorang manusia  Manusia oleh Tuhan dibekali dengan akal dan banyak kompetensi lainya yang mendekati sempurna, hanya saja tidak semua manusia berhasil melahap bekal tersebut. Banyak potensi diri pada manusia tidak dimanfaatkan secara maksimal.

Sebagai manusia kita harus menyetem senar jiwa, jangan sampai jiwa kita mengeluarkan nada-nada yang sumbang. Terdapat 6 senar pada gitar dengan nada yang berbeda-beda, mulai dari nada E, A, D, G, B dan kembali lagi ke nada E. Jika ke-6 senar tersebut di stem dan dimainkan dengan serasi maka akan tercipta harmoni dan melodi yang indah.

Sama halnya filosofi hidup manusia, berbagai sisi dalam diri manusia harus di stem (dikelola) dengan harmonis agar tercipta sebuah symphoni yang indah. Begitupun beberapa faktor diluar diri manusia harus diatur supaya menghasilkan harmoni dan energi positif terhadap sesama manusia dan alam raya.

Untuk menyetem senar-senar dijiwa kita alangkah baiknya jika melalui petunjuk guru atau pemimpin yang adil, meskipun pada dasarnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, kita bisa melakukanya sendiri. Dengan belajar (olah akal) dan perenungan (olah jiwa), berbuat baik terhadap manusia dan alam ( aktivitas horizontal) dan ibadah kepada Tuhan (aktivitas vertikal).

Kegiatan-kegiatan tersebut perlahan akan membantu manusia menyetem senar-senar dalam jiwanya. Ibadah vertikal seperti sholat, puasa, zakat, haji maupun ibadah sunnah lainya bagi umat muslim, merupakan nur pencerah yang menuntun jiwa manusia dalam menuju ketentraman batin. Sholat tahajud merupakan salah satu ibadah sunnah yang paling kuat cahayanya, didalam keheningan dua per tiga malam, menjelang subuh menurut astronom adalah saat dimana gelombang elektromagnetik dari alam semesta tercurahkan dengan lembut ke muka bumi. Nabi Muhammad SAW sering menjalankan ibadah sholat tahajud ini.

Agama-agama selain islam jelas mempunyai cara tersendiri juga dalam mencerahkan jiwa. Manusia yang beribadah dimalam hari dengan khusyu’ dipagi hari akan muncul dengan wajah yang bercahaya namun meneduhkan bagi alam disekitarnya, gerak-gerik dan ucapanya dalam, penuh makna, symphoni memancar dari dalam jiwanya dan melantunkan melody kehidupan yang indah.

Bagaimana nasib senar jiwa yang tak pernah distem? Hati gundah, jalan penuh kegelapan, dan tak tentu arah tujuan. Tuhanpun enggan untuk memainkan manusia-manusia sumbang. Tidak ada melody yang merdu, yang keluar hanya keluhan, hinaan, cacian puncaknya stress. Terlihat wajah murung dan sorot mata yang kosong. Alam semesta enggan menyapa. Gerimis terasa badai, mentari pagi seakan kobaran api yang siap membakar apa saja yang berada didepanya, mati enggan hidup pun tak mau.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline