Lihat ke Halaman Asli

K Catur Marbawa

I will be back

Konservasi Celepuk, Pembasmi Tikus

Diperbarui: 4 Desember 2020   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Burung Serak Jawa, Photo oleh @fath_1st

Anda tentu pernah mendengar kata ngaben bukan ? Ngaben itu salah satu upacara Umat Hindu yang ditujukan kepada leluhur, umumnya dilakukan dengan pembakaran jenazah.  Tapi saya yakin banyak sekali yang tidak tahu kalau di Bali pun ada upacara ngaben bukan untuk jenazah orang, tetapi untuk tikus. Namanya ngaben bikul. Bikul ini nama daerah Bali untuk tikus.

Tradisi ngaben tikus lumrah dilaksanakan di Desa Bongan, Tabanan juga di Desa Munggu, Badung.  Umumnya yang melaksanakan para petani yang tergabung dalam organisasi subak. Tujuan utamanya memerangi dan membasmi hama tikus di areal persawahan.

Dalam tradisi masyarakat Bali, ngaben tikus ini tergolong upacara Mreteka Merana, artinya mengupacarai hama penyakit.  Rangkaian upacaranya kurang lebih sama juga dengan ngaben orang.  Sebelumnya petani berburu tikus, setelah terkumpul tikus kemudian dibakar. Ngaben tikus ini tujuannya menyucikan roh /atma dari tikus, agar kelak tidak menjelma kembali ke bumi dan merusak sebagai hama tanaman.

Dalam tulisan ini, bukannlah ngaben tikus yang saya ulas, tetapi masih ada hubungannya juga dengan tikus.  Saya akan mengulas cara lain membasmi hama tikus selain dengan ngaben ataupun dengan pestisida.  Mengatasi hama tikus dengan cara ramah lingkungan.  Membasmi tikus dengan pemangsa alaminya : Burung Hantu.

Di Kabupaten Tabanan tepatnya di Banjar Pagi Desa Senganan, ada seorang pionir yang menginisiasi pembasmian tikus dengan menggunakan Burung Hantu. Namanya I Made Jonita.  Panggilan akrabnya Made Enjoy.  Dia pemrakarsa konservasi Burung Hantu di desa ini.

Saya berniat menemuinya. Sebelumnya saya mencari tahu dulu jenis Burung Hantu yang dia konservasi.  Saya mendengar jenisnya  Burung Serak Jawa (Tyto Alba), nama lokal Balinya Celepuk. Burung ini dari family Tytonidae.

Burung Serak Jawa dewasa ukurannya besar, sekitar 29 – 44 cm.  Dikenal sebagai Burung Hantu Putih.  Ciri dominannya wajah berbentuk jantung, warna putih dengan tepi coklat.  Paruhnya tajam berwarna putih, menghadap ke bawah. Hewan ini salah satu jenis hewan Nocturnal, beraktivitas di malam hari.  Siang harinya tidur di sarang. 

Burung Serak Jawa statusnya tercatat sebagai spesies dengan resiko rendah (least concern) dalam daftar IUCN (The International Union for Conservacy Nature). Sedangkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) memasukkannya ke dalam Appendix II.  Artinya spesies saat ini tidak terancam punah, tetapi akan terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.

Dari sekitar 54 jenis Burung Hantu di Indonesia, 16 jenis dilindungi. Serak Jawa ini tidak termasuk spesies yang dilindungi.    

Tempat konservasi Burung Hantu Serak Jawa atau Celepuk ini di Banjar Pagi, Desa Senganan.  Jaraknya sekitar 50 Km dari Denpasar. Sekitar 1 sampai 1,5 jam perjalanan.  Banjar Pagi sebenarnya tidak begitu jauh dari Jatiluwih, obyek wisata terkenal dengan pemandangan hamparan terasering sawah yang indah itu. 

Banjar Pagi berlatar Gunung Batukaru, diapit hamparan sawah dan tegalan. Asri. Jalan utamanya kecil saja, cukup buat mobil.  Satu hal yang unik, begitu kita masuk wilayah Banjar Pagi di setiap gerbang rumah penduduk, ada lampu penerangan berbentuk Celepuk. Rumah sekaligus tempat konservasi Celepuk milik  Pak Made Enjoy ada di banjar ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline