Lihat ke Halaman Asli

Den Ciput

I'm a writer...

Google-isasi

Diperbarui: 8 Oktober 2018   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Google dalam bentuk font beda ( Sumber: cdn.technologyreview.com)

Ini kejadian beberapa minggu lalu.

Seorang anak tetangga usia SMP lagi nongkrong di taman komplek tempat kami tinggal. Saat itu pukul 19.30. Saya tahu, keesokan harinya dia akan mengikuti UTS ( Ujian Tengah Semester). Tapi kok dia tampak santai dengan Smartphonenya.

Karena merasa kenal dengan orang tuanya, dan saya peduli dengan anak jni, saya pun melontarkan teguran. Sebut saja namanya Andika (bukan nama sebenarnya), " Andika, bukannya besok UTS?" Saya duduk disampingnya dan mencoba mengintip Smartphonenya. Karena penasaran.
" Iya, Om. Terus kenapa?" Nah, dia nyolot nih.
" Kok gak belajar?" Saya mengernyitkan dahi. Mumpung belum seberapa keriput:D
" Lha, kan ada Google, " Tukasnya tanpa memandang saya.

Saya hanya menghela nafas. Prihatin. Tampaknya anak ini terlalu mengandalkan Google dalam (hampir) setiap masalahnya. Termasuk tantangan dia menghadapi ujian tengah semester esok hari.

Saya membandingkan dengan apa yang saya alami semasa SMP ketika menjelang ujian. Banyak pihak, terutama guru dan orang tua, mengingatkan kami, " Belajar sungguh-sungguh, dan doa. "

Hampir semua orang tua dan guru memberi anjuran seperti itu. Ada dua hal yang bisa kita petik dari pesan itu.

Pertama, belajar adalah bentuk usaha kita sebagai siswa, agar transformasi disiplin ilmu dari guru ke murid berhasil.

Kedua, mengandalkan Tuhan untuk setiap hasil yang kita capai. Filisofinya begini, kalau udah belajar tapi masih dapat hasil yang kurang maksimal, toh itulah kehendak Tuhan terhadap capaian dari serangkaian usaha yang kita jalani.

Baiklah, itu mungkin model pembelajaran antara tahun tahun 1980-1990, jaman dimana saya menjalani masa-masa pembelajaran dari sekolah dasar sampai SMA. Jaman itu peradaban belum secanggih sekarang. Belum semodern saat ini.
Sampai pada satu titik kita menghadapi perubahan besar-besaran dibidang teknologi Informasi, dan perlahan tapi pasti peradaban pun berubah.

Filosofi mengandalkan Tuhan pun lambat laun mulai tertanggalkan dan keberadaan Tuhan juga setengahnya tergantikan oleh eksistensi Google yang mereka sebut ' mesin pencari serba tahu'.

Benarkah demikian?
Setengahnya benar, setengahnya nggak benar. Benar karena banyak hal bisa kita cari di Google. Salah karena, tidak semua bisa kita cari di Google.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline