Lihat ke Halaman Asli

Uut63

Pendidik UPGRIS

Menulis, Kemahiran Berbahasa Melalui Proses

Diperbarui: 3 Januari 2023   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamu'alaikum, Hai... Sahabat Kompasiana. Langit mulai cerah, semoga cerah pula kehidupan kita hari ini, esok dan seterusnya! Aamiin.

Saya tertarik untuk turut menulis tentang kemahiran berbahasa yang satu ini. Menulis.

Benar yang dikatakan Om Jay, menulis harus banyak membaca.

Menulis adalah salah satu dari empat kemahiran berbahasa. Kemahiran, atau kemampuan, biasa juga disebut keterampilan. Sebagai sebuah keterampilan, kita akan dapat menguasainya hanya dengan satu cara, berlatih! Semakin sering berlatih, akan semakin mahir atau terampil pula kita.

Menulis merupakan keterampilan produktif. Karena keterampilan menulis melalaui serangkaian proses, dan membutuhkan kesabaran, serta konsisten. Tanpa itu, nonsens kita mampu menguasainya. Padahal, keterampilan menulis sangat diperlukan dalam hidup ini.

Menulis, tidak saja membuat hati lega, dada plong karena kita telah lepaskan uneg-uneg yang mengganjal pikiran maupun perasaan. Tetapi menulis juga berguna untuk mengekspresikan ide dan gagasan kita, apakah itu yang bersifat informatif, inspiratif, atau hanya sekadar rekreatif. Sama halnya dengan berbicara. Bedanya, berbicara diekspresikan melalui lisan, sementara menulis dituangkan dalam bentuk  (melalui) bahasa tulis. Oleh karena itu keduanya disebut juga keterampilan produktif

Seseorang akan memiliki  atau menguasai keterampilan menulis dengan baik, jika ia menguasai ilmu dan pengetahuan yang memadahi. IPTEK (bisa ditambah dengan S=Seni) bisa diperoleh melalui membaca dan mendengarkan (menyimak). Tanpa keduanya, tulisan akan kering, tidak bermakna, dan pasti tidak bermanfaat. Sebab, ide dan gagasan menulis sangat mungkin diperoleh setelah kita membaca dan atau menyimak sesuatu. Sementara apa yang ditulis agar memiliki validitas (diyakini kebenarannya oleh pembaca), diperlukan referen atau rujukan yang jelas.

Tulisan yang baik, adalah tulisan yang tidak saja bermanfaat (isinya bernas), tetapi juga harus mudah dipahami oleh pembaca. Seorang penulis yang baik, haruslah menguasai pengetahuan kebahasaan yang baik. Bukan saja penguasaan diksi yang memadahi, tetapi juga cara atau gaya berbahasa yang baik (misalnya indah untuk karya sastra= puisi, cerpen, novel, dsb), tetapi juga pengetahuan ketatabahasaan yang baik, memahami PUEBI (EYD) salah satunya, untuk tulisan pada umumnya, lebih-lebih jika bersifat ilmiah.

Meskipun begitu kita tidak perlu takut menulis. Apalagi jika hanya untuk meluapkan isi hati, dan menghibur diri. Teruslaha menulis, tetapi juga teruslah membaca dan memperhatikan pembicaraan orang (menyimak berita misalnya). Pengetahuan akan diperoleh secara alamia, dan berujung pada keterampilan menulis yang baik. Satu hal yang sangat penting diperhatikan, menulis, menulis dan menulislah terus, buktikan apa yang terjadi! Seperti kata Om Jay.

Menulislah! Bahkan seandainya Anda merasa tidak punya kemampuan menulis, tidak punya bakat, atau tidak suka. Karena seseorang tidak mungkin menyimpan terus-menerus apa yang dirasakannya di dalam hati. Anda perlu dan harus mengungkapkannya. Maka Tulislah. Menulis perlu pembiasaan. Witing tresna jalaran saka kulina.

Menulis tidak ada kaitannya dengan bakat. Karena ia merupakan keterampilan, kemampuan, kemahiran. Bagaimana akan tahu anda mampu jika tidak dicoba?! Bagaimana Anda akan mahir, terampil, jika tidak tekun berlatih. Skill hanya diperoleh dengan cara berlatih, berlatih dan sering berlatih! Selamat mencoba, dan membuktikan hasilnya.

Salam Literasi! Wassalamu'alaikum.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline