Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Herdianto

Bukan jurnalis, hanya suka menulis

Cerpen | Terima Kasih, Sampai Jumpa Kembali

Diperbarui: 15 Mei 2018   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Weddbook.com

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba seorang gadis kecil cantik duduk di sampingku, dia memandang ke arahku dengan senyum dan tersipu malu. Otakku mulai berfikir, padahal banyak kursi kosong yang disediakan oleh pemilik cafe kecil di taman ini, tapi kenapa dia memilih duduk di sampingku.?

"Kamu sendirian aja?" Tanyaku pada gadis berwajat imut itu. Tanpa menjawab dengan kata, iapun hanya menggelengkan kepalanya.

Dalam waktu yang sama, pelayan cafe memanggilku, memberitahu bahwa potato stick yang baru saja ku pesan sudah jadi, akupun pergi ke kasir untuk membayar makanan yang kupesan.

Sedikit kaget dan tak terkira, ternyata gadis kecil itu mengikutiku, berdiri di sampingku dengan wajah yang mengisayaratkan bahwa ia menginginkan sesuatu, sambil memandang kotak es krim yang ada di depannya.

"Kamu mau?" Tanyaku padanya. Tanpa menjawab, iapun hanya tersenyum sambil tersipu malu. "Ya sudah ambil aja, pilih mana yang kamu suka" Aku tak tega dan pada akhirnya aku pinta dia untuk mengambil es krim yang inginkan.

Sambil membawa makanan yang kupesan, aku berjalan menuju bangku taman bawah pondon rindah dekat ayunan. Untunglah anak itu sudah tidak mengikutiku. Kataku dalam hati sambil menikmati jus apel menu special cafe kecil ditaman ini.

"Kakak, aku mau main ayunan" Secara tiba-tiba suara gadis kecil mengarah padaku. "Astaga, kamu masih ngikutin ternyata" jawabku padanya. Tapi aku tak tega, melihat mimik mukanya seperti mau menangis dan wajahnya belepotan penuh dengan bekas es krim yang baru saja ku belikan.

"Ya sudah, sini main tapi gak boleh nangis, anak hebat gak boleh nangis" kataku merayunya agar gadis itu tidak jadi mengis.
Lagi-lagi aku berfikir sambil bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya anak siapa sih dia, kenapa dia terus mengikutiku dari tadi.

"Kakak boleh tau nama kamu gak?" Tanyaku sambil mendorong ayunan yang ia naiki. Dia enggan menjawab dan hanya tertawa seolah ingin jail kepadaku.

Jujur, aku sedikit jengkel, tapi kejengkelanku seketika memudar, melihat tawa cerianya, sepertinya dia merasakan kenyamanan dengan ayunan yang ku dorong secara perlahan.

"Tadi kesini sama siapa dek?" Tanyaku kembali padanya "Sama kakak, kakak masih di toilet" jawabnya. "Lha terus, rumah kamu mana?" Tanpa menjawab, ia hanya menunjuk arah depan dengan jari tulunjuknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline