Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Memanusiakan Manusia dari Kacamata Berbeda

Diperbarui: 19 Oktober 2021   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi, sumber: Pixabay/stevepb/Putu Elmira via Liputan6.com

Pernahkah Anda suatu kali berjalan di trotoar di tepi jalan raya dan bertemu dengan orang-orang yang sedang berjualan, tetapi tampak tidak biasa? Maksud saya, mereka punya keterbatasan fisik, yang tentu tidak sebaik dan selengkap kita.

Saya agak bingung menyebut mereka kelompok apa. Sama sekali tidak ada maksud merendahkan. Mohon maaf, keterbatasan fisik yang biasa saya lihat: kaki buntung sehingga bergerak dengan kursi roda, mata buta lantas berjalan dengan tongkat, badan bungkuk dan tertatih-tatih, dan lainnya yang serupa.

Mereka ada di jalan membawa sesuatu untuk dijual. Istilahnya berdagang. Sering saya temui, seorang tunanetra berjualan kerupuk. Seorang lumpuh berdagang koran dan tisu. Boleh jadi ada yang lain, Anda bisa lengkapi.

Barangkali kita tersentuh oleh belas kasihan

Reaksi pertama sebagai manusia, kita tersentuh oleh belas kasihan. Menganggap diri mereka kurang beruntung dibanding kita. Secara langsung, perhatian kita lebih tertuju ke kondisi fisiknya, yang jelas-jelas dengan mudah tampak.

Dalam hitungan detik, kita buka dompet, mengambil isinya, lantas memberikan kepada mereka. Karena kasihan dan merasa bahwa dagangannya bisa lebih berguna untuk dijual ke orang lain, kita memutuskan tidak mengambilnya.

Kita beri begitu saja tanpa membawa apa-apa. Pernahkah Anda melakukannya? Apakah tepat atau tidak? Selanjutnya, kita bahas dari sudut pandang lain.

Mereka memutuskan berjualan artinya...

Saya belajar memahami bahwa mereka memutuskan berjualan berarti mereka berusaha bangkit dan tidak larut dalam kesedihan atas kondisi fisiknya.

Jika mereka masih memikirkan benar dan memandang kemalangan tubuhnya terus-menerus, mustahil terlintas pikiran untuk mau bekerja.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline