Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Memahami Fluktuasi Harga Barang Hobi yang Sesekali Mencekik Leher

Diperbarui: 29 Juli 2021   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi membeli barang hobi yang terlalu mahal, sumber: Suara.com/Fakhri Hermansyah

Apakah Anda suatu saat pernah heran akan harga suatu barang yang begitu mahal? Baru beberapa minggu lalu, harganya segini. Sekarang, sudah berkali-kali lipat naik. Biasanya, barang tersebut tergolong benda hobi.

Pada artikel Ibu Suprihati berjudul "Tata Nama Tumbuhan sebagai Pemersatu Rasa, Bukan Sekadar Gaya", beliau mencantumkan satu tumbuhan bernama Miana yang saya jelaskan berharga 200 ribuan. Lumayan mahal menurut saya. Berikut kutipannya:

Melalui grup percakapan Kompasianer Bang Horas mengirim foto dari gerai pedagang tanaman hias. Si cantik anggota marga Coleus yang memiliki aneka corak dan warna daun. Nama lokalnya beraneka semisal Miana atupun Iler-iler. Yuup Miana, seru Bang Horas lumayan mencapai 200K. 

Saya juga meninggalkan komentar seputar keanehan pandang yang belum terjawab pasti selama menekuni hobi (dalam hal ini ikan).

Saya itu selalu tertarik dengan mekanisme tidak kasatmata. Hahaha... Bagaimana suatu ketika tumbuhan tertentu bisa melonjak harganya selangit, sama seperti ikan Cupang yang baru-baru kemarin juga mahal sekali harganya. Ada permainan sepertinya. Hmm... Hahaha...

Ya, saya begitu heran dengan fluktuasi harga barang hobi yang tidak bisa diperkirakan. Sekarang murah, besok bisa mahal. Padahal, barangnya itu-itu saja.

Para penjual yang aneh

Suatu kali, saya pernah mendapati penjual yang aneh. Ini pun masih soal harga. Pada sebuah pasar ikan, kedua penjual itu memegang satu toko. Ada seekor ikan Lou Han pada salah satu etalase akuarium toko.

Pada penjual satu, saya bertanya harga. "Berapa, Mas, harga ikan ini?" Ia menjawab, "600 ribu, Mas. Setuju, lepas!" Saya tertegun. Tidak berapa lama, penjual lain muncul. Penjual yang tadi keluar sebentar.

Masih dengan ikan yang sama, saya bertanya kembali. Tentu, seharusnya sama dong, 600 ribu juga. Kan ikan sama, toko pun sama. Ternyata, penjual kedua mengatakan harganya 700 ribu. Saya semakin heran. Saya lebih jengkel ketika melihat ekspresi muka penjual. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline