Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Cerpen: Catatan Seorang Narapidana tentang Surga

Diperbarui: 28 Oktober 2020   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: bantenhits.com

"Seberapa luaskah wawasanmu tentang surga?" Aku, tidak tahu persis, seperti apa dan di mana tempat surga itu. Surga yang dicita-citakan orang untuk ditinggali, setelah melewati kematian.

Sejauh aku hidup, aku hanya membaca dari buku dan mendengar dari orang, apa itu surga. Ringkasnya, surga adalah tempat bahagia. Takada tangisan kesedihan, siksaan, dan penderitaan. Yang ada hanya raut wajah senang dan tertawa gembira.

Dari beberapa orang yang pernah kutemui, semua sepakat ingin ke surga. Tetapi, ketika kutanya, "Ingin cepatkah ke sana?", takada yang menjawab ingin. Mereka masih betah di dunia. Ada alasan kuat yang tidak mereka ceritakan, sehingga memilih bertahan lebih lama tinggal di dunia.

Kalau aku ditanya dengan pertanyaan itu, aku jawab "Aku tidak ingin". Aku tidak ingin ke surga. Karena, aku sudah di surga. Kamu pasti bingung dengan jawabanku. "Orang masih hidup kok bilang sudah di surga" Mungkin seperti itu celetukmu.

Bagiku, surga bisa kuciptakan di dunia. Surga itu tersembunyi di balik penderitaan dan alam pikir. Aku selalu percaya, dari setiap cobaan hidup yang kujalani, bila berhasil melewati, aku sudah sampai di surga. Bahagia, karena mampu bertahan melewati masalah.

Seperti sekarang. Masa-masa hidupku di penjara. Aku divonis hukuman tujuh tahun karena tindak pidana yang kulakukan. Kala itu, ketika hakim memberi vonis, aku tidak berniat naik banding. Seperti ada suara yang berbisik. "Terima saja"

Ini sudah tahun ketiga kulewati. Masih sisa dua tahun lagi. Aku mendapat pengurangan masa hukuman dua tahun. Selama tiga tahun itu, akan kuceritakan padamu tentang surga. Yang kuhidupi.

Setiap pagi, aku memulai hariku dengan doa. Mendoakan istri, anak-anak, dan orangtuaku. Setiap akhir pekan, mereka selalu mengunjungiku. Aku terharu, istriku tidak berniat sama sekali meninggalkanku karena perbuatan nistaku. Dia hanya berbisik saat kunjungan itu.

"Aku setia menunggumu, Mas. Aku akan bertahan, membesarkan anak-anak kita"

Di sini, aku ditunjuk oleh sipir sebagai pembawa renungan. Dalam doa pagi bersama, aku diberi kesempatan berceramah di depan teman-temanku. Mereka sama sepertimu, hanya pernah tersesat saja. Tapi itu semua tidak membuat mereka kehilangan kesempatan untuk beroleh surga.

Setelah aku berkhotbah, mereka terlihat bahagia. Di balik tahun-tahun penderitaan, mereka bisa tertawa lepas. Seorang dari mereka bahkan berkata, "Terima kasih ya bro, aku serasa menemukan jalan yang benar". Mendengar hal itu, aku bahagia. Berasa seperti di surga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline