Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Kebanyakan Makan Enak Jadi Enek, Ini Penjelasannya

Diperbarui: 28 September 2020   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Makan Enak, Sumber: www.javatravel.net

Siapa di antara Anda tidak suka makan enak? Aku sangsi bila ada, hehehe...

Iya, semua orang berupaya sebaik mungkin memenuhi kebutuhan primer satu ini. Seyogianya, disesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing. Bila sampai berutang, berarti mungkin perlu diatur lagi manajemen keuangannya.

Aku percaya, tingkat keenakan tiap-tiap orang pasti berbeda. Sulit disamakan, karena kembali kepada selera. Satu keluarga saja yang setiap hari bertemu, berbeda-beda kesukaannya.

Tetapi yang pasti, makan enak adalah impian banyak orang. Bagi sebagian, ini bisa dinikmati ketika awal bulan dan semakin jarang terjadi di akhir bulan. Anak kos lebih tepatnya. Impian ini hanya terwujud bila ada yang traktir, alias gratis, hehehe....

Apalagi kalau bisa makan enak tanpa takut terkena penyakit. Terkadang sekarang orang kalau mau makan enak, mikir dulu. Bayangan kolesterol dan diabetes sudah ada di depan mata. Akhirnya, berkurang deh itu enaknya makanan, wkakaka. Iya sih memang, setiap yang berlebihan itu tidak baik.

Kalau selera, aku paling suka makan durian. Anda suka tidak? Durian yang kata orang bule baunya tidak sedap ini, sangat enak di lidahku. Apalagi durian montong yang buahnya tebal dan besar-besar itu. Mantap sekali.

Durian Montong, sumber:https://www.liputan6.com

Nah, ketika makan durian, sebiji durian pertama rasanya enak sekali. Biji berikut semakin enak, hingga ke sejumlah biji tertentu menggambarkan puncak enaknya. Setelah itu, ditawari biji lagi, kurang suka karena keenakan. Lama-lama jadi enek. Alias berasa hendak muntah karena mual.

Sama halnya ketika aku haus. Minuman yang ada pertama kali langsung kuteguk tanpa pertimbangan, untuk menghilangkan dahaga. Itu puasnya klimaks sekali. Setelah itu, bila ditawarkan kembali minuman yang sama, aku pasti berpikir meminumnya, karena dahagaku sudah berkurang.

Anda pernah mengalaminya juga tidak? Sudah mencapai titik jenuh keenakan, lama kelamaan ditawari makanan atau minuman yang sama enaknya, Anda menolak.

"Sudah cukup, tidak kuat lagi perut ini."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline