Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Tuan atau Budak Uang, Pilihlah Kawan!

Diperbarui: 30 Juli 2020   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Uang, Sumber: hot.grid.id

Uang adalah akar dari kejahatan. Kesimpulan yang bukan tidak ada dasarnya, tetapi merujuk ke pengalaman dan pengamatan pribadi akan hidup yang dijalani dan berita yang tersiar di mana-mana. 

Ada pembunuhan terjadi gegara tidak bisa membayar utang, pinjam meminjam uang. Ada anggota keluarga saling berebut warisan uang hingga sikut-sikutan dan akhirnya retak persaudaraan. Ada pula yang rela menjual dirinya untuk mendapatkan uang, prostitusi.

Penulis sendiri terkadang emosi bila melihat orang meminjam tetapi tidak mengembalikan. Ketika hendak meminjam bersikap sopan dengan berjanji muluk, ketika ditagih beribu alasan dan bertingkah buluk. Yah, begitulah lika-liku berutang. 

Capek sendiri bila hidup dan emosi kita dikekang oleh uang. Kerja dari pagi, siang, hingga malam, banting tulang dan menguras otak, hanya demi mencari uang. Seperti diperbudak. Uang telah mengendalikan sebagian besar perilaku hidup kita. 

Nah, agar tidak menjadi budak, kita harus bersikap sebagai tuan. Bukan uang yang ngatur, tetapi kita yang atur. Bukan dikendalikan, tetapi mengendalikan. Caranya:

Atur penggunaan uang;

Mengatur Uang, Sumber: finansialku.com

Mengatur penggunaan uang yang diperoleh dari hasil bekerja dapat diibaratkan sebagai keluarga dan rumah. Keluarga adalah pemilik rumah, sementara uang adalah rumahnya. Setiap rumah pasti ada kamar-kamar di dalamnya. 

Kamar biaya rutin (pendidikan, listrik, air, pulsa internet, bayar pinjaman, dan makan), kamar hiburan (pelesiran, belanja baju, dan menyalurkan hobi), kamar investasi (pembelian rumah, tanah, surat utang, saham, dan lainnya), kamar amal (pemberian zakat, perpuluhan, dan lainnya), dan mungkin masih ada kamar lainnya. Beda-beda, tergantung si pemilik rumah.

Kamar investasi sendiri berarti merelakan kenikmatan tertunda untuk sementara waktu. Menderita kini, bahagia nanti. Mungkin kini tidak bisa membeli lebih barang kesukaan, tetapi nanti di masa tua hidup kita tidak luntang-lantung karena telah dijamin oleh uang hasil investasi tadi.

Investasi pun banyak ragamnya. Penulis sendiri memilih saham. Bukan saham sembarang saham, tetapi saham yang perusahaannya dimiliki pemerintah (BUMN) dan konsisten mencetak laba. Mengapa itu pilihan utama? Berangkat dari asumsi, pemerintah akan selalu ada, begitu pula perusahaannya. 

Setidaknya, bila perusahaan kekurangan modal, pemerintah sebagai pemegang saham pengendali kemungkinan besar menopang permodalannya. Pemilihan ini sebagai bentuk kehati-hatian, agar uang tidak lenyap seketika semisal perusahaan ternyata bangkrut karena tidak ada modal. Sebuah pemikiran sederhana saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline