Lihat ke Halaman Asli

Hilmi Inaya

connect with me: hilmiinaya4@gmail.com

Panduan Freshgraduate: Menjadi Idealis, Realis, atau Keduanya

Diperbarui: 11 Maret 2021   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai, para freshgaduate? Gimana kabarnya? Lelah ya? Sama...wkwkwkwk. Penulis bakalan sharing mengenai konflik idealis dan realis dalam diri seorang freshgraduate dan pedoman untuk berproses. 

Dalam KBBI dijelaskan bahwa idealis adalah orang yang bercita-cita tinggi. Sedangkan realis adalah orang yang dalam tindakan, cara berpikir, dan sebagainya selalu berpegang atau berdasarkan kenyataan.

Bayangan freshgraduate memang tak seindah ketika masih kuliah dan tak seindah yang dibayangkan. Bayangan freshgraduate kala itu yakni menjadi manusia yang bebas. Bebas dari tuntutan kampus, bebas dari tanggungan orang tua, bebas dari tugas-tugas dosen killer, bebas dari tanggungan organisasi dan lain sebagainya. Kesemrawutan dari tugas-tugas kampus dan organisasi itulah hal yang menyenangkan dari fase 'belajar'.

Akan tetapi, perlu diingat bahwa semakin bebas manusia akan semakin besar pula tanggung jawabnya. Dengan menjadi manusia bebas, maka akan memilih sendiri jalan hidupnya, menentukan sendiri bagaimana proses yang akan ditempuh, menentukan sendiri hal-hal untuk masa depan, menentukan aturan-aturan maupun prinsip dalam hidup, dan banyak lagi. Tentu hal ini lebih sulit daripada sekedar menjadi mahasiswa dengan mengikuti semua aturan yang telah dibuat oleh instansi dan orang tua, bukan?

Nah, setelah menjadi freshgraduate akan dihadapkan dengan bentrokan diri sendiri yakni antara menjadi idealis, realis, atau keduanya. Sehingga terkadang bentrokan-bentrokan batin dan pikiran akan menyebabkan lelah secara fisik maupun psikis. Seolah-olah terdapat 2 orang dalam tubuh yang saling berbicara dan saling beradu argumen. Yaah, penulis juga pernah mengalami hal semacam itu, berkutat antara menjadi idealis, realis, atau keduanya. Apalagi masih freshgraduate, pikiran idealisnya masih sangat kental. Well, itu wajar dan normal.

Sikap idealis yang masih tertanam dalam pikiran freshgraduate seharusnya diimbangi dengan sikap realis. Idealisme tetap dibutuhkan sebagai pemacu dalam proses yang dituju, pun realisme dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dan untuk membuat trik-trik jalan yang akan ditempuh. Sehingga, idealisme dan realisme dalam diri manusia saling berkolaborasi untuk mencapai titik yang diharapkan.

Tapi yang perlu digaris bawahi adalah "yok cepat sadar dan harus segera berproses setelah menjadi freshgraduate." Jangan berprinsip, "saya masih umur 22/23 tahun jadi ya santai aja lah." 

Kalimat tersebut dapat dikatakan ketika telah berhasil mencapai proses yang dituju dan akan melanjutkan proses selanjutnya dengan pertimbangan yang sangat matang. Belum saatnya freshgraduate berprinsip demikian, justru karena usia masih muda, mari berproses bersama meski akan ada banyak hambatan, rintangan, bahkan kegagalan.

Prinsip yang harus tertanam adalah, "jangan menyerah", ya namanya juga berproses, mana ada sih berproses itu mudah dan gampang apalagi instan. Berproses memang dari nol dan membutuhkan kesabaran, kalau maunya instan, yaudah daftar kerja yang tidak membutuhkan kualifikasi tertentu sama sekali dan semua orang mudah mendapatkan. Apakah ada?

Berikut panduan freshgraduate untuk mengatasi konflik diri antara idealis dan realis, btw ini rangkuman dari pengalaman-pengalaman penulis yang tentunya terjadi karena Izin Allah SWT:

  • Pahami apa yang menjadi idealisme dan realisme dalam hidup
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline