Lihat ke Halaman Asli

Ketika Keberagaman Itu Bisa Menjadi Satu di NKRI

Diperbarui: 6 April 2018   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bhineka Tunggal Ika - befonts.com

Keberagaman di Indonesia memang menjadi hal yang tak bisa ditawar lagi. Kemajemukan di Indonesia sudah menjadi identitas yang mendunia. Meski tak mudah mempertahankan keberagaman itu, tapi faktanya keberagaman di Indonesia masih tetap bertahan hingga saat ini. Salah satu cara untuk bisa bertahan, tak lain karena masyarakat Indonesia selalu mengedepankan musyawarah. Kenapa hal ini penting? Karena dalam keberagaman melahirkan perbedaan pandangan, perbedaan keyakinan ataupun perbedaan latar belakang lainnya. Jika perbedaan itu tidak dijaga dengan cara musyawarah, maka yang terjadi antar masyarakat akan saling konflik.

Dengan musyawarah, kita bisa mendapatkan titik temu dari berbagai pandangan, ide, gagasan atau aspirasi yang berkembang di masyarakat. Hal ini pun sudah terjadi jauh sebelum Indonesia merdeka. Para pendiri bangsa ini telah memberikan contoh betapa pentingnya musyawarah, untuk menyatukan semua gagasan yang ada. Tak heran jika muncul slogan jas merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Karena musyawarah merupakan bagian dari sejarah negeri ini, maka selalulah bermusyawarah agar kita tetap saling berdampingan dalam keberagaman.

Sejarah musyawarah, ternyata tidak hanya terjadi pada era kemerdekaan. Dalam sejarah kerajaan, musyawarah pun juga selalu dilakukan untuk menjalankan roda pemerintahan. Dari jaman Majapahit, hingga ketika Islam masuk di tanah Jawa melalui Wali Songo, musyawarah juga selalu dilakukan untuk mendiskusikan berbagai hal. Saling bertukar ide dan gagasan ini akan membuat kita jadi semakin terbuka. Karena kehidupan itu sangat dinamis dan terus berkembang, saling berdiskusi menjadi hal yang mutlak, agar kita bisa menyikapi setiap persoalan secara utuh.

Saat ini, sebagian orang telah melupakan tradisi musyawarah. Saling berdiskusi atau bertanya pun mulai terkikis, seiring maraknya pandangan intoleran dan radikal yang masuk ke Indonesia. Karena merasa mayoritas, mereka merasa dirinya paling benar. Apalagi mereka selalu membawa symbol-simbol agama, untuk melakukan pembenaran. Padahal, dalam memahami agama harus harus dilihat konteksnya. Dan untuk bisa memahami konteks, diperlukan diskusi, diperlukan saling mengisi dan terbuka satu dengan yang lain. Jika dari awal sudah merasa dirinya paling benar, maka ruang diskusi dan musyawarah itu akan tertutup rapat.

Indonesia berkembang menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dan perlu diingat, dalam Islam sendiri pun menganjurkan musyawarah. Pada era Rasulullah SAW pun, musyawarah juga selalu dilakukan untuk mendapatkan solusi. Dalam ajaran agama lain, tentu juga ada semangat musyawarah untuk mufakat. Ajaran agama yang ada di Indonesia, ternyata juga selaras dengan semangat budaya negeri ini untuk tetap mengedepankan budaya saling diskusi dan interaksi ini. Dengan musyawarahlah, keberagaman yang menjadi identitas negeri ini akan tetap terjaga. Karena melalui forum diskusi, orang akan saling berusaha saling mengerti dan memahami satu dengan yang lainnya. Dan hal ini pun telah terbukti, keberagaman itu bisa saling berdampingan hingga saat ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline