Kurikulum Merdeka (KM) secara masif disosialisasikan ke berbagai jenjang sekolah dengan berbagai macam aktivitasnya. KM ini menawarkan sesuatu yang fresh dengan harapan mampu menyelesaikan permasalahan bidang pendidikan di Indonesia yang sudah berlarut larut.
Dalam kurikulum merdeka, Tujuan Pendidikan Nasional di breakdown menjadi Profil Pelajar Pancasila atau yang dikenal dengan istilah P3. Ada enam profil yang hendak dibidik melalui pendidikan, yakni 1) Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia, 2) Berkebinekaan Global, 3) Bergotong royong, 4) Mandiri, 5) Bernalar kritis, dan 6) berpikir kreatif. Kiranya tidak perlu dijelaskan secara mendetail profil-profil tersebut.
Di sisi lain, dalam pembelajaran matematika didapati istilah Mathematical power , yakni kemampuan yang hendak dimunculkan setelah peserta didik belajar matematika, yakni creative thinking and reasoning (berpikir kreatif dan bernalar), critical thinking (berpikir kritis), collaboration (kolaborasi), representation (representasi). Kemampuan tersebut merupakan kemampuan yang dibutuhkan dalam membekali SDM Indonesia untuk menghadapi kompetisi hidup pada abad 21. Meskipun kemampuan tersebut tidak serta merta dan dapat dilihat secara langsung, melainkan efek yang timbul dalam jangka panjang.
Dari dua hal itulah kita bsa melihat ada intersection antar keduanya. Setidaknya ada tiga kemampuan yakniberpikir kreatif, bernalar kritis, dan bergotong royong melalui kolaborasi. Nah disinilah, matematika memiliki peran startegi untuk membentuk profil pelajar pancasila. Tinggal bagaimana kita sebagai pendidik, utamanya di bidang matematika berpikir bagaimana menyajikan, menyuguhkan matematika menjadi suatu aktivita menarik dan ditunggu-tunggu oleh peserta didik di kelas-kelas mereka.