Lihat ke Halaman Asli

Jamu Asap Ala Kalimantan

Diperbarui: 30 September 2015   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jamu  Asap Ala Kalimantan

Tulisan ini tiba-tiba muncul mengemuka setelah kami tiga orang anak Dayak terkatung-katung di Bandara Soetta, Cengkareng, mau pulang Kampung tercinta di Palangka Raya Kalimantan Tengah, dengan perjuangan cukup sengit karena Garuda membatalkan penerbangan ke Palangka Raya saat itu dan terpaksa kami saat itu merubah trayek Garuda ke Banjarmasin (23/09/2015), kami akhirnya harus membayar biaya tiket tambahan yang cukup berat, karena sudah terlantar, harus mesti tanggungjawab sendiri terhadap seluruh biaya tanggap darurat secara pribadi.

Daripada putus asa, bertengkar dan berpikiran negatif, kami bersenda gurau seraya menunggu malam berlalu (sambil mempraktekkan kebugaran Ala Dayak Kalimantan Tengah DFS Dayak Fitness Style) untuk melanjutkan perjalanan hari esok, muncul kreativitas perbincangan senda gurau yang mungkin kadar ilmiahnya “silahkan diperdebatkan kalau Anda mau”.

Pakem Teori ilmiahnya selalu dikatakan “asap” selalu merupakan materi berbahaya bagi manusia baik asap industri maupun dari alam, karena hasil pembakaran yang menimbulkan zat karsinogen atau sejenisnya. Tapi pakem-pakem di dunia ini sebetulnya kalau direnungkan masih selalu ada “celahnya” selalu ada “langit di atas langit” yang menjadi ciri khas peradaban manusia itu sendiri. Bahwa ilmu pengetahuan tidak pernah terhenti pada satu titik saja. Contohnya saat Thomas Alfa Edison melakukan penemuan listrik, beliau dianggap tukang sihir yang sedang menciptakan alat sihir baru yang menakutkan umat manusia, karena korsleting gemerlapan dari rumahnya seperti sambaran lidah elmaut.

Tujuan tulisan ini tiada lain hanyalah intermezzo untuk tidak apatis dan pesimis dalam menghadapi kondisi yang mungkin secara umum tidak membahagiakan atau tidak menguntungkan secara logika umumnya. Namun keyakinan kami adalah semua persoalan di dunia ini terjadi karena manusia belum menemukan solusinya, pada saat manusia mampu menemukan solusinya, pasti menjadi amat berguna bahkan memberikan nilai tambah yang amat berarti bagi kehidupan umat manusia sebagai mahluk mulia yang juga khalifah alam semesta sesuai perannya masing-masing.

Luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) itu 1,5 kali luas Pulau Jawa. Wilayah Kalteng amat luar biasa, karena lahannya lengkap, dari utara ke Selatan terdapat pegunungan, rawa, gambut dan sebagainya. Sebagian lahan yang amat luas itu telah menjadi areal kebun, tanaman industri dan lain-lain dalam skala menengah sampai besar.

Konversi lahan sudah menjadi bagian nyata tak terbantahkan dari hutan primer menjadi berbagai jenis pengolahan lahan yang luar biasa. Land clearing atau pembukaan lahan menjadi kegiatan yang amat signifikan di Kalteng ini, baik sebagai lokasi awal lahan budidaya, maupun mengganti flora yang dianggap kurang komersial.

Diskusi tentang penggunaan lahan itu sudah amat banyak. Maka kami tinjau ala kadarnya saja kondisi mahluk hidup khususnya manusia yang terkena dampak asap akibat kebakaran hutan lahan dan pekarangan dari segala aspek sudah tentu ada pengaruh secara psikologis, baik aktivitas warga sebagai, nelayan, pedagang, tukang kebun, petani, Perusahaan Sawit Besar (PBS), jalur penerbangan pun terganggu, dan lain-lain. Ada juga dari kebakaran hutan lahan dan pekarangan ini bagi oknum tertentu ada kemungkingan menguntungkan dan atau tidak semua orang mendapat keuntungan.

Pada umumnya kita selalu mengeluh dan mencari kambing hitam siapa yang membakar hutan, lahan dan pekarangan sehingga menimbulkan asap yang pekat dan mengganggu jarak pandang (visibility) dari berbagai aspek beberapa kegiatan masyarakat kita bersama jika boleh selalu berjiwa besar, bahwa segala sesuatu itu ada hikmahnya dan mungkin ada rencana yang Maha Kuasa terhadap umatnya. Sebaiknya kita tidak selalu menyalahkan satu dengan yang lain yang tak efektif, tidak tanggap dan terkesan dianggap pemborosan, dan lain-lain, sehingga akhirnya hidup penuh dengan rasa stress berat yang menurunkan stamina akhirnya mengurangi usia menuju ke kematian.

PERENUNGAN ini mungkin lepas dari logika kita atau juga masuk logika bahwa yang terbakar di Kalteng ini terdiri beragam flora dan fauna, lahan, pekarangan yang terdiri dari aneka bahan alamiah termasuk kayu Pasak Bumi, Tabat Barito, Saluang Belum, Kayu Besi, dan sebagainya. Kombinasi bahan alam ini menghasilkan asap yang amat berbeda dengan asap industri.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline