Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Gudeg Yogya di Antara Jelajah Menu Nusantara

Diperbarui: 26 April 2023   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepiring Gudeg/Foto: Hermard

Kota Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia, memiliki cita rasa kuliner dari Sabang sampai Merauke.  Dari menu masakan "penjajah" Nusantara, nasi padang, sampai kesederhanaan sego kucing khas Yogyakarta yang menjadi menu wajib  angkringan di berbagai sudut kota istimewa ini.

Pendatang dari Sulawesi Selatan tak perlu khawatir akan cita rasa coto Makasar karena bisa merasakannya di Jalan Krasak atau di warung tenda coto Makasar Angin Mamiri di Jalan Margo Utomo, selatan kantor Kedaulatan Rakyat. 

Mahasiswa asal Blora, bisa mampir ke tahu lontong Blora Bu Puji di Jalan Melati Wetan, Baciro. Pelancong dari Palembang perlu mencoba Empek-Empek Nyonya Kamto di Jalagan Palagan atau di Pajeksan. Warung penyetan ayam Surabaya ada di berbagai lokasi, salah satunya di Jalan Gito Gati, timur pom bensin. 

Bagi orang Banyumas, dapat menikmati Sroto Bu Sri Banyumas di Jalan Magelang, utara Apotik K-24. Penggemar soto asal Madura, dapat mencicipi Soto Sulung Cak Koting di Jalan Sutomo, selatan jembatan layang Lempuyangan.

Begitulah, dari manapun Anda berasal, pasti akan menemukan warung kuliner, baik warung makan maupun warung tenda sesuai dengan selera yang Anda inginkan.

Tapi satu hal yang pasti, Yogyakarta tidak dapat dipisahkan dari kuliner legendaris bernama gudeg. Di mana pun Anda berada selama di Yogyakarta, selalu saja ada penjual gudeg. Saat di pasar tradisional sekalipun, penjual gudeg bisa ditemukan.

Meskipun  ada tiga sentra "kampung" gudeg, yaitu Wijilan, Barek, dan Kebon Ndalem; tetapi cerita mengenai asal mula gudeg Yogya sebermula dari  Karangasem, Barek -- seperti pernah saya ceritakan.  

Kampung Karangasem, merupakan sebuah wilayah perkampungan,  terletak di sebelah utara gedung pusat UGM, tepatnya di utara selokan Mataram. Awalnya di wilayah tersebut terdapat banyak pohon gori (nangka) yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gudeg. 

Bukti lainnya adalah masih banyaknya pedagang gudeg di wilayah itu, setidaknya sebagian besar di antara mereka berasal dari Karangasem, Barek. Sebut saja misalnya Gudeg Bu Achmad, Yu Djum (yang juga mengawali pembuatan gudeg dari Karangasem), Ginuk, Bu Narni, Bu Marto, dan Bu Sri. 

Kampung ini kemudian berkembang sebagai tempat kost, maka banyak pohon nangka yang ditebangi. Di samping itu banyak penjual gudeg yang beralih profesi sebagai pedagang nasi rames, buka warung kelontong, dan sebagainya. Ini berbeda dengan situasi pada tahun 1980-an, usaha di kampung ini sepenuhnya berjualan gudeg. Sekarang  penjual gudeg tinggal separo di Karangasem.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline